Mohon tunggu...
Lita Tania
Lita Tania Mohon Tunggu... Lainnya - Student
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Student in Indonesia University of Education

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Meniadakan Seorang Demi Seekor

13 Juli 2020   00:43 Diperbarui: 13 Juli 2020   07:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Meniadakan Seorang demi Seekor

oleh Lita Tania 

            Cinta, merupakan kata yang tak asing bagi telinga orang masa kini. Dari anak kecil hingga orang dewasa pasti sering mendengar kata cinta. Makna cinta inilah yang coba diangkat oleh Teater Ruang Sastra, (Rabu, 4/12/19) di Gedung Amphiteater UPI, Bandung. Berangkat dari naskah Kisah Cinta dan Lain-Lain karya Arifin C. Noer. Teater ini menghadirkan kisah cinta yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

            Arifin C. Noer lahir di Cirebon 10 Maret 1941. Penyair yang juga dramawan dan sutradara film ini merupakan seorang pengarang produktif yang meninggalkan banyak naskah drama dan sudah membuat sejarah dalam perjalanan teater Indonesia modern. Salah satu karyanya seperti naskah yang berjudul Kisah Cinta dan Lain-Lain. Naskah ini merupakan kritik terhadap masyarakat metropolitan yang mulai mengagungkan hal-hal yang bersifat irasional. Naskah lainnya yang ia muat dan sudah membuat sejarah dalam perjalanan teater Indonesia modern seperti Mega-Mega, Kapai-Kapai, dll.

            Sekilas mengenai Teater Sanggar Sastra. Sanggar Sastra ini merupakan wahana kreativitas dan ekspresi sastra bagi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI yang mengambil konsentrasi jurusan sastra. Tujuan sanggar ini yaitu agar mahasiswa mampu menikmati, memahamai, dan memanfaatkan karya sastra.

            Adegan pertama dibuka dengan kisah cinta yang melampaui batas spesies. Kisah cinta itu ialah kisah antara manusia dengan hewan peliharaannya. Tampil pertama kali, Tuan Manto (M. Hilwan), Ny.Manto (Indah D.H) dan Dokter (Putri,R.F) yang sedang membicarakan hidup seseorang yang divonis dokter bakal mati dalam satu jam. Ya, seseorang, itulah yang terlintas di pikiran saya saat menebak siapakah yang dikhawatirkan oleh Nyonya dan Tuan Manto. Tak disangka, ternyata yang sedang sakit dan menunggu kematian adalah Toni, seekor anjing yang sejak kecil dipelihara oleh keluarga Manto.

            Lalu cerita bergulir ke kisah cinta antara Willem (Mega Y.P) dan Otong (Faiz.F), pembantu dan sopir dikeluarga Manto. Penonton disuguhi kepolosan dan keluguan Willem yang memadu kasih dengan Otong, pria yang sudah memiliki istri dan juga anak. Tak jarang penonton tertawa melihat tingkah Willem yang lugu dan Otong yang berlagak seperti Don Juan.

            Lewat kisah Tuan dan Nyonya Manto, penonton disuguhi konflik suami istri yang dikisahkan tidak memiliki keturunan. Sang suami sibuk mencari uang dan ketenaran sedangkan sang istri yang merasa diacuhkan oleh suami harus membagi cinta dengan Toni agar tidak merasa kesepian. Sang Nyonya yang mulai sedikit gila terus menerus berharap agar Toni bisa tetap hidup. Dengan segala upaya dia meminta suaminya untuk mencari jalan agar Toni sembuh. Seperti memanggil Dukun (Alif, I.P), dan Profesor Marjo (Ayip, S), untuk mencari tahu sebab musabab Toni tak dapat sembuh. Namun Tuan Manto yang rupanya sudah pasrah, malah berkata bahwa istrinya sudah menjadi irasional karena terlalu mencurahkan perhatiannya kepada seekor anjing.

            Toni, anjing peliharannya itu mati.  Hal ini membuat Nyonya dan Tuan Marto bersedih dan sangat terpukul. "Ini bagaikan petir disiang hari". Begitu sang Nyonya meluapkan kesedihannya dengan tangisan yang tiada hentinya. Setelah Toni mati pun sang istri tetap meminta hal-hal yang tak masuk akal. Seperti mengumumkan kematian Toni kepada wartawan, tetangga, dan juga kerabat dekat. Bahkan ia meminta suaminya untuk berpidato kematian Toni didepan orang-orang yang hadir ke pemakaman Toni.

            Sementara itu dibalik kesedihan sang Nyonya dan Tuan ini, terdapat kisah antara Otong dengan Euis (Clarisa, S). Gadis cantik itu datang ke rumah Tuan Manto untuk menemui Otong dan meminta untuk dinikahi oleh Otong. Ia berkata bahwa otong kecil telah menghamilinya. Maksud dari frasa otong kecil yaitu otong telah bersetubuh dengan dirinya. Kedatangan Euis ini tidak disambut baik oleh Tuan dan Nyonya Manto, dan dengan kedua rekannya yang bernama Nyonya Dewi (Alya S), dan Nyonya Situmorang (Nida Amalia) serta dengan kerabat lainnya yang merupakan seorang wartawan (Rama, P). Kehadiran Euis juga seakan turut menambah kekacauan.

            Ditengah kekalutan yang dirasakan orang-orang pada saat itu, hadirlah seorang pemuda (Eldian A), yang membawa kabar tak kalah menyedihkan. Kabar tragis itu ialah ketika anak dari Otong meninggal. Tetapi tak seorang pun yang memperdulikan. Semua orang tetap sibuk dengan kematian Toni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun