Mohon tunggu...
Watur Tatur Lita
Watur Tatur Lita Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Wanita dewasa dengan 2 anak

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Tuntutan Penjara Seumur Hidup untuk Bukan Anakku

14 November 2014   00:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:52 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya menangis tersedu ketika membaca berita bagaimana ibunda Hafitd meminta keringanan hukuman untuk anaknya yang dituntut seumur hidup untuk kasus pembunuhan Ade Sara, tangis saya bertambah lagi ketika membaca bagaimana Syifa, pacar dari Hafitd  histeris dan pingsan berulang kali setelah tuntutan seumur hidup terhadap dirinya dibacakan.

Entah mengapa, sejak kasus itu muncul saya terbawa emosi dan perasaan, ketika Hafitd dan Syifa pertama kali muncul dengan senyum yang menjadi kontroversi hati saya menjerit, Oh Tuhan, Hafitd dan Syifa belum menyadari konsekwensi dari perbuatannya membunuh Ade Sara. Mereka akan lama di penjara. Saat ini baru banyak pemberitaan bagaimana Hafitd menangis dan bersimpuh di kaki Ibunda, Bagaimana Syifa histeris dan pingsan berulang kali.

Gawat, kalau saya tidak bisa mengendalikan perasaan saya, karena masalah Hafitd Syifa ini bukan hanya membuat saya berurai air mata tapi juga mempengaruhi mood saya, sehingga suami protes, "kenapa sich kok kamu sedih banget ! anak orang keles..., lagian wajarlah namanya juga udah menghabisi nyawa orang, masa mau di hukum ringan ".  Suami saya tidak mengerti bagaimana mereka akan hidup di penjara selama mungkin 18 atau 20 tahun, mereka masih muda, saya mencoba menghibur diri saya, itukan baru tuntutan, vonis bisa lebih ringan, nantikan bisa banding atau dapat remisi, mudah mudahan mereka hanya menghabiskan 5 - 6 tahun dari penjara sehingga ketika mereka keluar diusia 25-26 tahun, masih punya banyak kesempatan untuk melanjutkan kehidupan. Setelah menghibur diri seperti itu baru perasaan lega muncul, saya menarik napas panjanggggg dan rasa sesak di dada perlahan berkurang.

Suami bertanya, "kamu kok ngga sedih mikirian orang tua korban yang harus kehilangan anaknya ?". Aduh suamiku sayang, kok ngga ngerti ya, secara korban sudah meninggal, alamnya sudah beda, sementara Hafitd & Syifa  masih muda dan harus menjalani hidup yang sulit karena kesalahan mereka pada masa remaja dimana kita semua tahu masa remaja adalah masa dimana emosi belum stabil.

Saya sadar penyebab dari semua kesedihan ini adalah saya mempunyai anak remaja yang akan melewati masa remajanya menuju masa dewasa awal dan saya sangat khawatir kalau mereka tidak bisa melewati fase ini dengan baik akan mendapatkan masalah baik masalah seks, narkoba, kekerasan dll, waduh... ngeri dah. Untuk antisipasi ini yang saya lakukan adalah meningkatkan rasa kasih sayang (mencium sayang anak anak tiap pulang kerja dan saat mau tidur, memperlakukan mereka seperti bayi(?)), memberikan rasa aman dengan kunci berlapis dirumah(?), memberikan lingkungan dan kegiatan yang positif   dan pastinya mendekatkan pada Tuhan YME.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun