Dalam hidup tentu tak hanya ada suka, masalah juga kadang menghampiri. Masalah bisa datang dari mana saja, dan dengan berbagai alasan. Saking seringnya berhadapan dengan masalah membuat kita kadang lupa memeriksa bahwa diri kita lah yang menghadirkan masalah.Â
Ekpektasi yang sering tak sesuai dengan realita, harapan-harapan yang tak bisa dipenuhi pada akhirnya menjadi masalah yang berlaurut-larut tak kunjung selesai. Hal ini biasanya timbul karena adanya jurang perbedaan antara apa yang kita harapkan dengan kenyataan sebenarnya. Perbedaan ini dapat menimbulkan inkongruensi.
Inkongruensi adalah ketidakserasian antara konsep diri dengan diri ideal. Ingkongruensi dapat terjadi ketika adanya perbedaan yang besar antara konsep diri seseorang dengan diri idealnya. Konsep diri adalah seluruh aspek dalam diri individu yang meliputi eksistensi diri dan pengalaman yang disadari.Â
Saat individu telah membentuk konsep dirinya, maka cenderung sulit untuk menemukan perubahan dan pembelajaran yang penting, pengalaman yang tidak sesuai dengan konsep diri biasanya akan disangkal atau diterima tapi dalam bentuk yang telah diubah. Sedangkan,diri ideal adalah pandangan individu tentang dirinya sesuai dengan yang diharapkannya. Diri ideal biasanya hal yang positif dan sesuatu yang ingin dimiliki oleh individu.
Contoh individu yang inkongruen adalah ketika seorang mahasiswa memiliki konsep diri yang buruk, dimana ia merasa bodoh, lamban, dan tidak pandai bersosialisasi. Dimana konsep diri ini sangat berbeda dengan diri ideal yang diinginkannya yaitu seorang mahasiswa seharusnya pintar, cekatan dan pandai bergaul. Bila inkongruensi ini terus berlanjut dapat membuat seseorang rentan berperilaku dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain, bahkan dirinya sendiri.
Ketika kita menyadari bahwa ada perbedaan besar antara konsep diri kita dengan diri ideal yang kita inginkan pada akhirnya dapat menimbulkan konflik diri. Kita akan merasa cemas dan kecemasan itu akan mulai berubah menjadi ancaman karena kita menyadari bahwa perbedaan tersebut membuat diri kita tidak lagi utuh atau kongruen.Â
Meskipun kecemasan dan ancaman dapat menjadi langkah menuju kesehatan psikologis karena memberi tanda kepada kita bahwa diri ideal tidak sesuai dengan konsep diri, namun tetap saja hal ini membuat perasaan kita menjadi tidak menyenangkan dan merasa tidak nyaman.
*Mengacu pada teori person center Rogers
Referensi: Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. (2017). Teori kepribadian edisi 8, buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H