Melalui program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), mahasiswa Universitas Negeri Malang berhasil membuat sebuah Teknologi Pengepres Limbah Kotoran Sapi untuk meningkatkan efektifitas proses produksi pupuk kompos di Erwe Farm Junrejo Kota Batu yang diberi nama "Simpres".
Sebagai mahasiswa Universitas Negeri Malang Program Studi Pendidikan Teknik Mesin dan Pendidikan Kimia atau yang dikenal sebagai Tim Simpres, dibawah bimbingan Bapak Ir. Duwi Leksono Eddy, S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing, yang terdiri dari Andreas Yoga Pratama sebagai Team Leader, Lita Mubasyirina Ramzi sebagai Engineering Manager, Khoirulnisa Nur Afifah sebagai Finance Manager, Ahmad Ali Irfan sebagai Logistic Manager, dan Ghaitsa Zahira Shofa Pradana Putri sebagai Social Media Manager selalu berupaya untuk menjadi tim yang solid dengan melakukan inovasi sesuai dengan bidang ilmunya. Hal ini tidak lain dilakukan untuk mendukung permasalahan pencemaran lingkungan, terutama limbah kotoran sapi.
Menurut Badan Pusat Statistik (2024) populasi sapi perah di pulau jawa menyentuh angka 498.128 ekor, dengan komoditas peternakan sapi perah di Kota Batu sebanyak 13.053 ekor. Hal tersebut memicu peningkatan jumlah limbah kotoran sapi yang dibuktikan melalui perhitungan Badan Pusat Statistik (2022) yang menyatakan bahwa meningkatnya jumlah sapi perah yang ada, menimbulkan 570 juta ton / tahun limbah kotoran sapi. Â
Menanggapi hal tersebut, Tim Simpres yang dibimbing Dosen Pembimbing membuat sebuah teknologi pengepres limbah kotoran sapi yang dinamakan "Simpres". Simpres merupakan sebuah teknologi yang digunakan untuk pengepresan limbah kotoran sapi yang mempercepat pengurangan kadar air dalam limbah tersebut sehingga dapat diproses lebih lanjut dalam meningkatkan produksi pupuk kompos di Erwe Farm.
Ditemui di Batu pada Minggu (20/2/2024) lalu, Bapak Umam selaku pemilik UMKM Erwe Farm mengungkapkan bahwa mitra masih terkendala dalam proses pengeringan limbah kotoran sapi yang membutuhkan waktu serta tenaga yang besar dengan mengandalkan sinar matahari, produksi pupuk kompos yang kurang optimal, dan kurangnya lahan pengeringan. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam proses produksi pupuk kompos untuk hasil yang maksimal.
"Karena masih mengandalkan sinar matahari, kami hanya dapat mengolah limbah kotoran sapi yang dihasilkan sekitar 50% dari 500 Kg per harinya, sisanya dibuang kesungai sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan seperti sungai yang ada dibelakang kendang ini. Maka dari itu, untuk proses produksi pupuk kompos jadi kurang optimal atau istilahnya tidak semuanya dapat diolah yang padahal dapat meningkatkan pemasukan dari penjualan pupuk kompos, selain itu, kurangnya lahan pengeringan juga," ucap Umam, pemiliki Erwe Farm.
Saat ini, pencemaran lingkungan kerap kali menjadi pembicaraan di kalangan semua orang. Pencemaran lingkungan merupakan suatu kondisi baik secara fisik atau biologis dari sebuah sistem bumi dan atmosfer yang terkontaminasi dengan zat -- zat sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi, sehingga dukungan dari semua orang sangat diperlukan, salah satunya dengan memanfaatkan sebuah Teknologi.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada mitra, Tim Simpres dibawah bimbingan Bapak Duwi menghasilkan sebuah teknologi pengepres limbah kotoran sapi dengan kapasitas 100 Kg / jam yang menjadi solusi dari permasalahan mitra dalam memproduksi pupuk kompos dengan maksimal. Dalam waktu kurang lebih 1 bulan Tim Simpres berhasil memperkenalkan sebuah teknologi pengepres limbah kotoran sapi kepada mitra, dengan budget yang seminim mungkin. Selain itu, teknologi ini dapat berkontribusi dalam SDGs Indonesia nomor 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak, dan nomor 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
"Teknologi pengepres limbah kotoran sapi, dibawah bimbingan Bapak Duwi dapat mengepres limbah kotoran sapi sebanyak 100 Kg per jam nya, dengan begitu mitra dapat mengeringkan limbah kotoran sapi sebanyak 500 Kg hanya dalam waktu 5 jam untuk per harinya, yang mana ini dapat meningkatkan proses produksi pupuk kompos dengan maksimal sehingga nilai tambah mitra semakin besar. Selain menjadi solusi mitra, teknologi ini sesuai juga dengan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dalam SDGs Indonesia dalam menciptakan air bersih dan sanitasi layak, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab," pungkas Andreas Yoga Pratama, Team Leader Simpres.
Teknologi ini telah diterapkan oleh tim kepada mitra dan telah dilakukan sosialisasi sebelumnya oleh tim. Tidak hanya teknologi, namun tim juga memberikan Buku Pedoman Mitra yang dapat membantu mitra dalam mengetahui spesifikasi teknologi, komponen dan fungsinya, tata cara penggunaan, keselamatan kerja penggunaan, dan perawatan teknologi. Dalam hal ini, teknologi sedang diterapkan pada mitra dan akan dilakukan monitoring dan evaluasi oleh tim sebagai bahan evaluasi teknologi atas keefektifan dalam proses produksi.