Mohon tunggu...
Dongeng Pilihan

Asal Mula Nama Daerah Slembi, Desa Mayangrejo, Bojonegoro

22 Februari 2016   20:08 Diperbarui: 23 Februari 2016   07:21 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada abad ke 16, hiduplah dua orang pengembara yang sangat sakti akan mandra-guna dan memiliki kelebihan masing-masing, mereka juga merupakan 2 orang bersaudara yang amat dekat dan saling menjaga satu sama lain. Raden Soponyono, sang kakak yang mampu berjalan laksana hembusan angin pada musim kemarau dan Raden Jotruno sang adik yang sanggup berjalan di atas air tanpa memerlukan perahu. Tetapi, mereka berkepribadian berbeda, sang kakak memiliki sifat yang teguh, ambisius, dan tidak mau kalah. Di sisi lain, sang adik berkepribadian lembut, ramah, dan dermawan. Banyak orang lebih mengenal sang adik dibandingkan sang kakak dan lebih menyukai keramah-tamahannya.

Suatu hari, masyarakat dihebohkan oleh berita kejadian alam luar biasa mengenai sungai bengawan solo yang berpindah dari timur ke barat. Penduduk desa berlomba-lomba menuju ke sungai tersebut demi menjawab rasa keingintahuan mereka, tak terkecuali kedua pengembara ini, segera setelah berita tersebut sampai di telinga mereka, diangkatlah perbekalan sebagai tanda dimulainya pengembaraan selanjutnya.

Raden Soponyono dan Raden Jotruno merasa sangat bersemangat dan rasa keingintahuanpun meguasai mereka. Segeralah mereka bergegas menuju sungai bengawan solo untuk membuktikannya. Di tengah perjalanan, beberapa penduduk menyapa Raden Jotruno. Beberapa dari mereka juga membicarakan kesaktian sang bungsu ini hingga tidak sengaja terdengar oleh sang kakak. “Mereka bahkan tidak menyapaku, jelas-jelas aku adalah kakaknya, pengalamanku jauh lebih banyak” batin Raden Soponyono.

Setelah beberapa hari perjalanan, tibalah mereka di tempat tujuan yang dibicarakan banyak orang, tepi sungai bengawan solo. Raden Soponyono mengajak Raden Jotruno untuk melihat dari dekat.

“Wahai adikku, kejadian alam luar biasa yang dibicarakan oleh banyak orang itu tidak akan terlihat dengan jelas manakala kita tidak melihatnya dari seberang sungai bengawan solo ini.”

“Wahai kakakku, alangkah lebih terhormatnya jika sang kakak menyebrang terlebih dahulu,jadi kakak silahkan menyebrang terlebih dahulu, nanti adinda akan menyusul.”

Raden Soponyono pun mengiyakan dan mulai berjalan secepat angin melewati bebatuan sungai yang tampak dan menjadi jembatan baginya. Setelah sampai di tepian bagian barat bengawan solo, ia mulai memanggil sang adik, dan Raden Jotruno mulai menyebrang sungai ini. Bedanya, ia tidak menggunakan alat apapun dan secara langsung berjalan begitu saja di atas air. Raden Soponyono merasa tertandingi dan tersaingi. Rasa ingin selalu menang itu muncul lagi, ia kemudian teringat bahwa bajunya masih tertinggal di seberang dan ia meminta sang adik untuk mengambilkannya, sebagai akibat dari perasaan itu

, Raden Soponyono dengan sengaja meniupkan angin untuk menerbangkan pakaiannya agar tersangkut di atas pohon jati, walaupun begitu Raden Jotruno tetap berusaha mengambilkan pakaian tersebut untuk sang kakak yang ia sayangi setulus hati. Ia menggunakan kesaktiannya kembali, kali ini ia menggunakan kemampuannya dengan menundukkan pohon tempat pakaian tersebut tersangkut agar ia lebih mudah mengambilnya. Raden Soponyono terkesima dibuatnya, akhirnya ia menyadari bahwa tidak seharusnya ia merasa selalu ingin menang dari sang adik tercinta.

Ia menyadari bahwa memang benar apa yang dikatakan orang-orang tentang adiknya.Itulah mengapa adiknya lebih dikenal banyak orang dibandingkan dirinya. Raden Soponyono akhirnya mengambil keputusan mutlak, ia memutuskan pamit dan pergi mengembara sendiri tanpa adiknya untuk bertapa di sebuah telaga hingga muksa.

Raden Jotruno merasa kaget bukan kepalang dengan keputusan sang kakak. Ia mencoba mencegah sang kakak pergi, namun apa daya Raden Soponyono tetap bersikeras untuk pergi. Kesedihan meluapi perasaan Raden Jotruno, ia merasa sangat kehilangan akan sosok kakak tercinta yang selama ini telah banyak mengajarkannya banyak hal.Saat itu juga, dengan emosi yang tak tertahankan ia mulai berteriak

“Perpisahanku dengan saudaraku adalah karena pakaian yang tersangkut di pohon jati, maka untuk tetap mengingatkanku pada kejadian ini dan kakakku, Raden Soponyono tempat ini kunamakan SLEMBI”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun