Raut Wajahmu terlihat lesu,
Ketika kau pulang dari negeri seberang, hati ini terhanyut merintih perih mendengar hujatan dari jutaan orang yang tau balas budi...
Teruntuk Presiden Terbaik yang Kami Banggakan,
Mungkin Bapak tidak pernah mengenal kami, tapi ketahuilah bahwa kami sangat mengenal Bapak. Kami selalu mengikuti sepak terjang yang dilakukan Bapak. Anggap saja sepenggal kata cinta yang kami sampaikan ini menjadi perwakilan dari sekian juta pemuda Indonesia.
Kami bukan anak muda yang pandai merangkai kata atau pun membahasakan selaksa peristiwa melalui pena. Kami hanya berusaha berbagi apa yang kami pikirkan, apa yang kami amati, dan apa yang kami rasakan.
Perpisahan seharusnya menjadi waktu yang mengharukan, tapi, apakah kami harus ikut haru? Bukankah kami akan menyambut hal yang baru untuk negeri ini? Ah, tetap saja, semua basa basi ini terkesan sulit. Didepan sana, ada pengganti bapak yang juga dipilih oleh lebih dari 50 persen rakyat Indonesia. Namun, hati kami tetap saja sulit melepaskan semua kenangan yang bapak torehkan pada negeri ini.
Bapak Presiden yang Kami hormati,
Kami semua Rakyat Indonesia tau bahwa lebih dari separuh dari usiamu kau abdikan untuk Ibu Pertiwi. Sepuluh tahun kau mengabdi menjadi pelayan kami yang mengayomi dan melindungi kami dengan sepenuh hati. Loyalitas, perjuangan dan ketulusanmu tak perlu diragukan. Kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan yang bagaimanapun engkau senantiasa mengabdi dengan sepenuh hati. Ini membuat kami tetap simpati dan percaya bahwa Bapak masih menjadi yang terbaik bagi negeri ini.
Bapak Presiden yang Kami hormati,
Kami akui, kau kuat di segala hal. Disela - sela kesibukan dalam keseharianku, tak sedikit kulihat dari mereka mencaci dan menghujatmu. Aku tau kau mendengarkan. Aku juga tau kau merasakan. Sebagai seorang manusia biasa, aku juga paham kalo kau marah akan hal - hal itu. Tapi kau memilih diam Presidenku, kau memilih diam dan memendam semuanya. Walau kutau dihatimu yang paling dalam pasti tersimpan amarah, kesedihan bahkan tangisan yang tak semua orang bisa merasakan apalagi mendengarnya. Namun disaat hatimu sedang miris, seorang malaikat seolah selalu menguatkanmu dan selalu berkata “Hey Kau, mereka menghujatmu, mereka juga mencacimu. Tetapi mereka sangat membutuhkanmu. Apakah engkau ingin membiarkan mereka kelaparan, kehausan dan kedinginan? Mereka membutuhkan ketulusan hatimu untuk terus membuktikan bahwa engkau akan selalu ada untuk mereka”. Disaat itulah engkau sadar bahkan lupa akan kebutuhan pribadimu. Tak teratur makan, tak cukup tidur, tak pernah berbagi waktu untuk keluarga hanya karena ingin melihat rakyatmu tertawa dan senang. Sekali lagi, kami bangga padamu.