Ketika saya membuka akun Facebook saya, saya melihat postingan dari Mbak Abyz Wigati mengenai cara didik anak yang sudah kecanduan game online. Saya selalu terkesan dengan cara beliau mengajarkan konsep parenting (mendidik anak) yang tentu tidak lepas dari konsep Islam.
Saya kenal Mbak Abyz Wigati saat ada silaturahmi dengan FLP Malang tahun 2016. Saat itu yang saya tahu beliau adalah praktisi parenting. Sampai pada akhirnya saya ikut bergabung dengan grup Facebook Pondok Parenting-HARUM yang diinisiasi oleh Mbak Abyz. Ada banyak sekali pelajaran mendidik anak yang saya ambil yang tentunya perlu proses untuk mempraktekkannya.
Mbak Abyz Wigati lahir di Malang pada tahun 1973. Ia sukses berkarir sampai saat ini berawal saat ia bergabung dengan Lembaga Swadaya Masyarakat di Sidoarjo dan ditugaskan ke Ponorogo untuk mendampingi anak-anak yang ditinggal ibunya menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Bekerja di LSM tersebut selama tiga tahun membuat Mbak Abyz akhirnya memahami dunia parenting.
Wanita lulusan Fakultas Pertanian ini kemudian mengundurkan diri dari LSM tersebut kemudian menikah dengan M. Nur Choirullah yang juga bekerja di LSM tersebut. Beliau berdua akhirnya mendirikan wadah dalam pembinaan dan pemberdayaan kekuarga yang bernama Harapan Umat (Harum) mengingat di Malang masih banyak keluarga yang memerlukan pembinaan.
Ia pernah mengajar baca tulis hitung untuk anak-anak yang orang tuanya buta huruf juga mengajar mengaji di kelurahan Samaan. Yang tak bisa terbayangkan oleh saya adalah saat mbak Abyz membina preman di daerah Jalan Muharto. Mbak Abyz dipandang sebelah mata oleh penduduk di sana. Mereka menyangka kalau kedatangan Mbak Abyz akan sia-sia karena tidak mampu mendidik anak-anak preman. Setiap bulan beliau selalu datang mengajar anak-anak preman tersebut bahkan ia harus menjemput para murid satu persatu ke rumahnya.
Di tahun ketiga, kegigihannya untuk tidak menyerah mulai terlihat hasilnya. Anak-anak sudah bisa membaca bahkan orang tuanya juga. Para orang tua di sana akhirnya mendirikan PAUD yang didampingi Mbak Abyz selama satu semester.
Dalam mendidik keluarganya pun beliau tidak pernah memaksakan kehendak anaknya. Yang terpenting baginya adalah menyalurkan potensi anak. Anaknya yang pertama dulunya sangat kecanduan dengan game online. Anaknya juga pernah bermain game online di luar rumah yang membuat beliau kecewa bahkan anaknya pernah mengalami bullying verbal.
Ia pun instropeksi diri mengenai pola pengasuhannya. Bullying verbal tentu tidak menyelesaikan masalah. Ia sadar ia harus mencari cara efektif dalam mendidik anak.
Akhirnya beliau justru memfasilitasi anak untuk game online di rumah dengan memasang internet dan peralatan permainan game. Karena anaknya punya bakat menggambar, ia pun meminta anaknya menggambar tokoh yang ada di permainan game online itu. Lama kelamaan anaknya malah suka menggambar dibanding bermain game online. Kecanduan game online pun berkurang.
Mbak Abyz juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai Kartini Inspiratif IDN tahun 2013, Perempuan Inspiratif Nova tahun 2013, Finalis Kartini Next generation, Nominator N-peace award 2015. Karirnya sudah sering masuk ke dalam media massa seluruh Indonesia. Sampai saat ini, ia juga sering diundang ke luar daerah untuk mengisi materi pendidikan anak juga orang tua.
Saya salut karena beliau selalu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Beliau menjadi sosok inspiratif saya untuk terus menerus bermanfaat bagi orang lain.