Mohon tunggu...
Lita Chan Lai
Lita Chan Lai Mohon Tunggu... Freelancer - Semangat Jiwa

---hanya perempuan biasa--- menyukai petualangan alam terbuka,traveling, aktif dikegiatan pecinta alam, senang bersosialisasi dan suka menyimpan buku dibawah bantal.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Harapan Tak Terkendali II

2 Juni 2010   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin malam berhembus kencang....
tak peduli perut lapar seorang ibu dan tiga anaknya....
tak peduli badan kurus yang hanya seperti tulang...
tak peduli derita hidup yang tak pernah akan hilang...

disayup2 sunyi yg mencekam seorang bocah bicara pada ibunya...
"ibu...,aku lapar bu...!"
"sabar nak...,besok kita akan dapatkan uang itu." sang ibu coba

menenangkan.

Angin malam terus berhembus....
menyelinap dalam gubuk beratap jerami...
mengisi ruang kecil yang hanya beralas terpal berpasir...
tak peduli penghuni menyanyi rintih...

esok yg mereka harapkan...
menjadikan mentari gilang gemintang...
semangat baru tuk menggapai asa...
mereka sambut dalam suka cita...

ketika malam kembali datang...
mereka bersuka ria menikmati hidangan...
tak mengerti apa yg mereka lahap...
hanya berharap sakit diperut akan lenyap...

"ibu...,hari ini kita makan ya bu...!"sang anak berkata dgn riang.
namun semburat sedih tampak jelas dimata sang ibu.
sang anak begitu menikmati makanan yang dia hidangkan.
sementara ia tercekik dalam keterpaksaan....
ya...keterpaksaan dalam mengakhiri semua derita....
keterpaksaan yang mengharuskan ia mati bersama ketiga anaknya...
tak kuasa ia menahan, mengingat derita yg dia tangung tak jua berhenti...
inilah keputusan akhir yg ia ambil....
demi menyelamatkan rasa sakit yang ia derita...

dan demi menunjukkan rasa kecewa kepada suami yang telah

membawa pergi harapan yang mereka dapat pagi tadi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun