Mohon tunggu...
Juli Suhaidi
Juli Suhaidi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Juli Suhaidi adalah seorang manusia dari Riau. Mengaku sebagai reinkarnasi dari seorang Pangeran kerajaan Indragiri. Lelaki ini berambisi membawa perubahan negara sesuai kepentingannya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sesuatu yang Hilang ketika Aku Dewasa

5 April 2024   23:56 Diperbarui: 6 April 2024   00:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ketika aku sudah memasuki bus pada pertengahan bulan itu, Saat aku berangkat dan sadar kampung tempat aku besar sudah jauh disana, masa itu juga aku sadar aku sudah melalui masa-masa sebagai anak kecil. Ya, aku sudah dewasa, mungkin aku tak akan pernah lagi merasa bermain di padang semak, memanjat pohon kelapa lalu bergelantungan di pelepah daun pohon itu, berenang berjam-jam di parit sampai kulit tangan keriput kedinginan, dan yang menyakitkan adalah aku tak lagi bisa berdiam di samping ibu bapak layaknya dahulu. Sekarang aku sudah besar. Ketika aku tahu kenyataan ini seketika memori-memori kebahagiaan kebersamaan aku membuncah begitu saja. Aku akan merindukan kampung tempatku besar, kawan aku bermain, dan ibu, bapak, adik, kakak, semuanya yang aku tinggalkan. Belum sempat busku  meninggalkan provinsi Riau aku sudah menitikkan mata. Aku menangis.

Dewasa itu Menakutkan

Ketika aku kecil aku sangat tak sabar untuk menjadi orang dewasa. Lalu aku yang kecil tak terasa sudah remaja. Aku yang remaja terlalu banyak cita-cita, terlalu banyak khayal. Hingga sekarang aku sudah dewasa. Dan menjadi dewasa ternyata mendatangkan begitu banyak kecemasan. Lalu sekarang aku ingin kembali menjadi anak kecil. Aku yang dewasa rindu hidup bermain tanpa kepikiran tanggung jawab, bisa berkhayal jadi Power Rangers biru tanpa kepikiran tugas-tugas menumpuk. Aku merasa aku masa lalu adalah seseorang yang begitu mudah bahagia. Aku rindu masa lalu itu. 

Keasyikan mengenang masa lalu membuat aku merenung. Apakah aku bahagia dengan kehidupanku sekarang. Rasanya ini sebuah anomali, aku yang dulu semangat menjadi orang dewasa kini malah cemas dan takut menjadi orang tak berguna. Aku terkadang takut tak bisa menjadi sekuat ibuku yang bisa senantiasa tersenyum. Aku khawatir tidak bisa sehebat bapak. Akhirnya, aku ragu dengan apa yang aku tuju. Aku menyesali semua keputusan masa laluku. Bahkan aku takut untuk hidup.

Menjadi dewasa ternyata menakutkan. Saat kecil kupikir hidup hanya semudah bernafas. Ternyata begitu banyak problematika yang membebani pikiran. Dan di antara semua itu, aku takut gagal menjadi seorang manusia. Aku cemas tidak bisa menjalani hidup ini sesuai harapan. Kecemasan itu terus menumpuk di pikiran lagi dan lagi. Ibu, bapak! aku ingin menjadi anak kecil lagi. Aku rindu pelukan berdua.

Takut tambah dewasa

Takut aku kecewa

Takut tak seindah yang kukira

Takut tambah dewasa

Takut aku kecewa

Takut tak sekuat yang kukira

Aku tetap bernafas

Meski sering tercekat

Aku tetap bernafas

Meski aku tak merasa bebas

Aku tidak Sempurna


Dewasa adalah Penerimaan

Sebagai seorang anak manusia aku bukanlah sosok yang sempurna. Bahkan sebenarnya tak ada satupun yang sempurna. Fakta bahwa setiap orang memiliki kekurangannya masing-masing adalah realita yang seharusnya membuat aku menjadi manusia yang bersyukur. Di dunia ini bukan aku saja yang sedang menderita. Ada lebih banyak lagi orang yang mengalami masalah luar biasa berat daripada yang aku rasakan sekarang. Penerimaan adalah kuncinya. Menerima bahwa aku memang tidak sempurna dan aku memang tidak harus sempurna. Yah, aku hanya harus bersyukur untuk semua apa yang kudapatkan. Aku tidak perlu bersedih karena aku sudah berjuang sekuat tenaga.

Aku sudah dewasa

Aku sudah kecewa

Memang tak seindah yang kukira

Aku sudah dewasa

Aku sudah kecewa

Memang tak sekuat yang kukira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun