Hingga hari ini (29/3), masalah sampah di Kota Yogyakarta dan sekitar masih menyisakan masalah. Di Beberapa tempat pembuangan sampah sementara tampak bahwa gundukan sampah berbungkus kantong-kantong plastik menumpuk. Di Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, di beberapa jalanan yang tersedia tempat pembuangan terlihat sampah menggunung bahkan mulai memasuki ruas jalanan, menimbulkan bau menyengat.
Untung saja hari ini Yogyakarta cerah, jika nantinya turun hujan dan volume sampahnya terus bertambah, dapat dibayangkan apa yang bakalan terjadi. Kotoran-kotoran, sisa makanan dan sejenisnya yang semakin membusuk akan meluap kemana-mana yang membuat ketidaknyaman lingkungan, mengganggu kesehatan.
Tidak hanya itu, di kampung-kampung petugas sampah kewalahan memungut kotoran/sampah rumah tangga hingga kini masih menumpuk di gang-gang dan jumlahnya terus bertambah.
Persoalan sampah di Yogyakarta ini terjadi karena Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPSP) Piyungan, Bantul sejak Minggu, 27 Maret 2019 ditutup oleh warga setempat mengingat antrean panjang truk pembuang sampah yang mengganggu permukiman, selain bau busuk, cairan sampah mengotori jalan (Baca: Harian Kompas, 28/3/2019,  Foto TPSP Piyungan di halaman 1, dan beritanya di halaman  16).
Diberitakan, menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Sutarto bahwa pembangunan dermaga atau lokasi pembuangan sampah dari truk tersebut akan dikebut dan ditergetkan hari Jum'at (28-3.2019) dapat beroperasi kembali.
Di kota Yogyakarta saja volume sampah tercatat setiap harinya 105 truk pengangkut sampah dan setiap truk bermuatan 3,5 ton sampah. Bisa dibayangkan, bilamana persoalan ini masih tertunda -- pastinya pembuangan sampah menjadi masalah dan diperlukan pengelolaan lebih serius.
Berdasar pengalaman urusan sampah dan pembuangannya di kampung, kita sebagai warga setiap kali selalu memperhatikan dan membahasnya dalam pertemuan-pertemuan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), bahkan kini kampung-kampung di Kota Yogyakarta nampak bersih sejalan dengan sebutannya: "Yogyakarta Berhati Nyaman" Â (Bersih, Indah, Sehat, Nyaman dan Aman).
Menjadi sayang sekali bilamana beberapa program yang sudah berlangsung dan berjalan tersebut mengalami kendala, seperti kasus pembuangan sampah kali ini yang ternyata kurang didukung oleh tersedianya fasilitasi dan pelayanan publik yang memadai.Â
Kasus pentupan TPSP Piyungan oleh warga setempat tentunya bisa dipahami. Ini menjadikan masukan bagi pihak yang berkompeten dalam urusan pembuangan sampah di Yogyakarta dan sekitarnya. Setidaknya kasus ini perlu dilanjut melalui dialog langsung semua pihak terkait (termasuk melibatkan para tokoh dan warga setempat) hingga mencapai kesepakatan supaya semua kepentingan terpenuhi, dalam artian tidak ada pihak yang merasa rugi dan dirugikan.Â
Bilamana memang memungkinkan, atas dasar pertimbangan logis maka pemberian kompensasi terhadap warga setempat yang terdampak atas pembuangan sampah tersebut  layak dilakukan.Â