Membaca Harian Kompas, edisi 29 Juni 2018 di halaman 11 kita temui headline berjudul Saatnya Liputan Sarat Makna. Berita yang pada intinya sebagai acara penyerahan Penghargaan Cendikiawan Berdedikasi oleh CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama kepada Ashadi Siregar dan Anita Lie merupakan rangkaian Ulang Tahun Ke-53 Kompas.
Ada substansi yang tentunya layak disimak dalam berita tersebut, diantaranya apa yang diungkapkan Ashadi Siregar bahwa pesatnya perkembangan teknologi informasi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara positif oleh publik.
Disebutkan pula bahwa teknologi lebih banyak dipakai untuk menyebarluaskan informasi subyektif dan ekspresi pribadi yang minim pemaknaan, terutama pada media sosial. Didalam media sosial, fakta dan rekayasa mendapat tempat. "Parahnya, media massa justru terseret arus menjadi serupa dengan media sosial", tambahnya.
Fenomena peliputan dan penyajian oleh media massa seperti disebutkan diatas sudah barang tentu perlu mendapatkan perhatian bersama. Ini sebagai persoalan penting di tengah percepatan dunia teknologi informasi ditandai semakin meluap/membanjirnya beragam informasi sehingga disatu sisi menuntut manusia selektif dalam memilah dan memilih mana yang bermanfaat dan mana informasi yang kurang memberikan nilai tambah.
Sementara disisi lain, kehadiran teknologi baru semakin memudahkan setiap orang bukan hanya mengakses informasi tetapi juga menyebarluaskan sehingga keakuratan sumber dari mana sebuah berita berasal semakin menjadikan tanda tanya, bahkan memerlukan pencermatan lebih jauh.
Sumber informasi dalam hal ini penulis anggap penting karena bilamana hanya sekedar menyebarluaskan tanpa memiliki nilai guna bagi kalangan luas sama halnya dengan media telah menyia-nyiakan ruang publik yang berisikan sebaran informasi tidak bermakna untuk menunjang kehidupan yang lebih baik.
Apabila dilihat dari sejarah dan kedudukannya sebagai lembaga komunikasi, keberadaan media massa mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan. Media massa dalam meliput dan menyebarkan informasi memiliki beban tanggung jawab sehingga khalayak tergugah dan bangkit untuk mendorong kemajuan berkait segala aktivitas dan kehidupannya.
Sangat disayangkan jika belakangan ini media massa terutama media arus utama (mainstream media) mulai menggejala ikutan arus global sebagaimana media sosial berbasis internet yang marak setiap saat, setiap orang bisa memproduksi dan menyebar berita, tanpa latar belakang serta keahlian yang jelas -- sehingga hanya membuahkan "limbah informasi" dan menambah persoalan baru di kemudian hari.
Sudah saatnya media massa, baik yang konvensional maupun yang bertransformasi menjadi online tidak meninggalkan habitatnya sebagai media penebar informasi bermakna, yang mencerdaskan khalayaknya. Melalui peningkatan kualitas sumber daya awak media diharapkan produk hasil liputannya jangan sampai cenderung mengumbar sensasi, emosi, marah, benci, yang semuanya hanya menambah kegaduhan disana-sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H