Ditengarai bahwa belakangan ini jajanan yang beredar di beberapa/seputaran sekolah tidak memperhatikan higienitas sehingga apabila kondisi ini dibiarkan bisa mempengaruhi kesehatan maupun pertumbuhan anak sebagai generasi penerus.
Persoalan serius ini tentunya perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama yang berkompeten segera mengambil langkah untuk mencegah sekaligus mencarikan solusinya agar dampak-dampak yang tidak diinginkan dalam hal perkembangan kesehatan dan gizi anak sekolah jangan sampai mengundang resiko lebih luas.
Seperti telh diberitakan bahwa: Berdasarkan laporan Balai Besar POM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun lalu, dari 16 sampel pangan jajan anak sekolah yang telah diuji, ditemukan 62,5% tidak memenuhi syarat akibat cemaran mikrobiologi. Data tersebut menunjukkan  permasalahan gizi dari lingkungan jajan (Harian Jogja, 16 November 2017, halaman 19).
Sedikit gambaran dari secuplik pemberitaan tersebut, selanjutnya menggugah kita untuk ikut serta memikirkan betapa riskannya jajanan pasar yang banyak beredar di lokasi umum terutama yang diperjualbelikan di seputaran sekolah atau juga di lingkungan anak bermain.
Di hampir semua tempat kondisi demikian sebenarnya sudah berlangsung lama, namun demikian temuan terbaru atas hasil survey Balai POM di Yogyakarta ini setidaknya hal serupa mungkin turut menggambarkan gejala yang tidak jauh berbeda sehingga kita sebagai orang tua tidak boleh tinggal diam atau membiarkan anak-anak untuk mengkonsumsi jajanan yang kurang sehat tersebut.
Salah satu antisipasi sekaligus memberikan solusi yang dilakukan di Yogyakarta yaitu adanya langkah kepedulian yang diprakarsai pihak swasta dalam hal ini Sarihusada dengan meluncurkan program Warung Anak Sehat (WAS). Warung ini hadir dengan mewujudkan kantin sehat di sekolah-sekolah melalui pendampingan dan penyediaan material edukatif.
Di DIY sendiri sudah dirangkul sekitar 100-an penjual kantin sekolah yang tersebar di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta yang  selanjutnya disebut Ibu Warung Anak Sehat (IWAS). Secara berkesinambungan kepada setiap IWAS dilakukan pelatihan untuk menyediakan makanan/jajanan berbasis lokal.
Untuk pendampingan dalam program Warung Anak Sehat (WAS), pihak Sarihusada menggangdeng para ahli seperti CARE International Indonesia, termasuk juga bekerjasama dengan instansi pemerintah masing-masing daerah dalam hal penentuan sekolah yang dipilih sebagai tempat untuk mendirikan kantin sehat. Bahkan menurut rencananya program yang diluncurkan pihak Sarihusada ini tidak hanya di Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi akan merambah di sekolah dasar di beberapa kota antara lain: Bandung, Bogor, dan Ambon.
Nah persoalan jajanan anak sekolah yang belakangan ditengarai membawa masalah seperti ditulis pada awal artikel ini ternyata di Yogyakarta telah mendapat perhatian dan yang paling menarik justru pihak swasta menaruh minat untuk berkontribusi nyata, perduli terhadap anak-anak bangsa yang tengah menjalani pendidikan dasar atau belajar di sekolahnya tanpa harus mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh makanan/minuman atau jajanan kurang higienis.
Sangat beruntung bahwa di DIY ada pihak yang perduli dengan makanan/jajanan sehat bagi anak usia sekolah dengan programnya yang disebut Warung Anak Sehat (WAS). Mungkin daerah-daerah lain bisa mencontoh atau mengadopsi langkah ini dengan cara menggandeng pihak perusahaan swasta setempat.
Melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR)yang dimiliki perusahaan bisa dialokasikan sebagain untuk membantu anak sekolah dalam mendirikan kantin sehat di sekolah-sekolah. Kalau di Yogyakarta saja bisa dilakukan, pastinya di daerah lainpun tak kalah bisanya untuk melakukan hal yang sama.