Dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan pada banyak pilihan untuk menggunakan media, seperi media cetak (surat kabar, majalah), siaran radio, televisi, film/video, dan kini muncul media baru yang disebut media online (berbasis internet) dengan berbagai perangkat pendukungnya (komputer, smartphone -- bermacam model, fitur dan aplikasinya).
Disatu sisi fenomena demikian sangatlah menguntungkan terutama dilihat dari banyaknya pilihan sumber informasi, aneka ragam berita, yang ditampilkan dalam bentuk teks, gambar/foto, grafis, video, dan simbol-simbol komunikasi lainnya. Saking banyak atau derasnya arus informasi selanjutnya ada yang menyebut bahwa "banjir informasi" terjadi dimana-mana.
Akan tetapi pada sisi lain yang masih patut dipertanyakan apakah penyebaran informasi (berita) yang disampaikan oleh beragam media bahkan menggugah interaksi khalayak tersebut telah membawa manfaat bagi kesejahteraan, baik individual maupun kesejahteraan bersama?
Pertanyaan tersebut perlu dikemukakan mengingat masing-masing media memiliki karakter (fisik media) yang tidak sama sehingga teknik penyampaian/penerimaan informasi berbeda. Demikian pula dilihat dari konten yang disebarluaskan tentunya perlu diketahui siapa sumbernya, liputan satu sisi (oneside) atau banyak sisi (bothside), mana yang fakta, opini dan mungkin juga campuran, tendensi maupun penekanan berita/informasi, dsb.
Belum lagi dampaknya layak dicermati serius supaya kita tidak terjebak terpaan media yang kualitas kontennya kurang mencerdaskan. Perlu diketahui disini bahwa "banjir informasi" akan selalu memerlukan kewaspadaan dalam artian tidak menutup kemungkinan "informasi sampah" akan semakin mudah diakses bilamana kita salah dalam memilih dan menggunakan media umtuk mencari dan ikutan terlibat didalamnya.
Itulah sebabnya melek media (media literacy) Â menjadi penting bagi semua pihak. Arti penting melek media bagi kalangan awam, termasuk bagi para elit (politik, birokrasi, tokoh formal/nonformal) masih perlu ditingkatkan supaya mereka memahami betapa perlunya kesadaran bermedia.
Dengan melek media diharapkan nantinya tumbuh kesadaran para pengakses/konsumen sekaligus narasumber yang terlibat dalam penggunaan media. Ini penting terutama dalam penggunaan media interaktif dan real-time ditandai kehadiran media berbasis online/internet dan menjamurnya aplikasi media sosial -- telah mengajak kita untuk selalu sadar bermedia.
Beberapa amatan penulis, tidak sedikit para elit yang terlibat dalam berbagi informasi, berkicau, berinteraksi via media sosial, bahkan mengundang perdebatan disana-sini. Kalau topik yang diperdebatkan atau dipersoalkan menyangkut kehidupan para artis atau selebritis tentulah tidak berdampak pada stabilitas nasional.
Namun patut disayangkan jika para elit ikutan hanyut dalam wadah media sosial berkait topik kebijakan yang seharusnya dikomunikasikan secara proporsional dan disampaikan melalui saluran media yang kredibel, bisa dipertanggung jawabkan.
Memang tidak dapat dipersalahkan, siapa saja di era kebebasan dan keterbukaan ini berhak untuk menyampaikan dan memperoleh informasi. Dalam konteks demokrasipun diskriminasi tidak diperbolehkan, siapapun punya hak untuk menyampaikan aspirasi, pendapat, tanggapan, gagasan atau sejenisnya.
Tetapi apalah artinya jika kebebasan dan keterbukaan dalam berkomunikasi tanpa dibarengi data yang akurat, sumber informasi tidak jelas, tidak dapat dipercaya (hoaks), manipulasi informasi, sehingga yang terjadi justru akan mencederai demokrasi itu sendiri.