Hari ini, 15 Oktober 2017, Kabupaten Kulon Progo memasuki usianya ke 66 tahun, sebuah usia yang cukup matang dalam berkiprah setelah beberapa waktu sebelumnya sudah dilakukan pembangunan di wilayah ini sehingga kini dilanjutkan para petinggi setempat secara estafet.
Pemerintahan daerah yang dipimpin Bupati Hasto Wardoyo, terpilih pada tahun 2011 dan terpilih kembali untuk masa jabatan tahun 2017 s/d 2022 terus berbenah melanjutkan pembangunan daerah melalui skala prioritas yang sudah direncanakan.
Kulon Progo sebagai salah satu kabupaten di Derah Istimewa Yogyakarta (DIY) letaknya berbatasan dengan Kabupaten Sleman danKabupaten Bantul di timur, Samudra Indonesia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, dan Kabupaten Magelang di utara.
Kabupaten yang terletak sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat kota Yogyakarta  terdiri atas 12 kecamatan, yang terbagi atas 88 desa/kelurahan, serta 930 pedukuhan. Adapun jumlah penduduknya sebanyak 437.441 jiwa (www.kependudukan.jogjaprov.go.id) sebagian besar mata pencaharian penduduk di bidang petanian, perdagangan/industri, jasa dan karyawan swasta.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa kabupaten ini cukup potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Ciri khas Kulon Progo dikenal yaitu Batik khas Kulonprogo. Disamping itu, juga ditemui beberapa obyek wisata seperti: Trisik, Glagah Indah, Congot (wisata pantai), Gua Kiskendo, Bukit Suroloyo (wisata sejarah), Kalibiru, Kebon Teh, Bukit Menoreh (wisata alam) dan obyek-obyek wisata baru lain sebagai rintisan.
Di bawah kepemimpinan Bupati Hasto Wardoyo semakin nampak kehidupan yang lebih baik, banyak capaian kinerja yang sudah terbukti, baik pembangunan fisik dan pembangunan non-fisik (mental-spiritual) sehingga Kulon Progo semakin maju bersama kabupaten lain dalam lingkup DIY.
Hasto Wardoyo terkenal dan dikenal karena berbagai programnya untuk mengangkat perekonomian, diantaranya Gerakan mengenakan Batik Geblek Renteng khas Kulon Progo bagi pelajar dan PNS. Kebijakan ini telah mampu mendongkrak usaha kerajinan batik setempat.
Demikian pula di bidang pertanian, gerakan membeli beras petani bagi PNS telah banyak membantu para petani semakin meningkat kesejahteraannya. Hal yang sama, yang juga termasuk program "Bela & Beli Kulonprogo" di masa kepemimpinan beliau telah diproduksi air minum kemasan merk AirKu yang bisa menyerap konsumen/pelanggan setempat. Melalui beberapa program tersebut, ternyata mampu menurunkan angka kemisikinan di Kulonprogo, dari 22,54 persen pada 2013 menjadi 16,74 persen pada 2014.
Yang juga tak kalah menariknya untuk diketahui dalam hal ini adalah program "bedah rumah" dimana rumah-rumah warga yang tidak layak huni dibantu melalui dana stimulan diluar APBD, dilakukan secara bergotong-royong dengan melibatkan pengusaha setempat (corporate social responsibility) sehingga terbangun rumah penduduk yang sehat dan semakin layak.
Tidak lama lagi, di wilayah Kulon Progo akan beroperasi Bandara Baru atau sering disebut New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang berlokasi di pesisir Kecamatan Temon. Dampak dari keberadaan bandara baru ini pastinya menyangkut berbagai aspek, terutama bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
Potensi yang dimiliki Kulon Progo sudah saatnya ditumbuh kembangkan melalui langkah-langkah yang kreatif, inovatif, dan kompetitif. Terlebih mengingat jalur-jalur lalulintas kepariwisataan dan ekonomi diperkirakan akan meningkat di wilayah ini.