Alhamdulillah udah selesai saur.. Mumpung lagi semangat nulis, lanjut deh tulisannya... yukkkk.. mariii,,,, Di tulisan sebelumnya (Â http://dlizzius.multiply.com/journal/item/1/Memulai-Bisnis-Aksesoris-Part-I ) kita sudah sampai pada ATM.. So, uangnya udah banyak yaa... hihihi.. Bagi yg belum tau ATM apa yg kita bahas di sini, silakan baca tulisan sebelumnya.. Di sini akan kita lanjutkan mulai poin ke-7. 7. Jangan takut bermain warna Pada umumnya pemula cenderung takut untuk bermain warna. Padahal warna tabrakan juga cantik lho teman.. Selama susunannya menarik hati :) Contohnya adalah bros berikut ini:
- mutiara sintetis
- kristal
- manik2 acrylic, terutama bentuk daun2an
- sarang bros
- peniti bros
- kawat 0,4 mm
- aneka macam tang
- glassbead dengan bentuk2 dasar (tabung, bola, daun, oval, dll)
- gunting, penggaris, cutter
- eyepin dan headpin
- macam2 kait dan ring
- senar
Nah, itu dia peralatan dasar yang wajib kita koleksi. Peralatan tambahan menyusul sesuai desain yang temen2 buat. Misal pengen bikin bros batu, baru deh kita beli batu2nya.Hal ini akan menghemat biaya produksi kita. Sayang dunk, udah kadung beli batu2an banyak, tapi banyak juga yg ga kepakek. Namun akan sangat berbeda jika jenis bros yang akan kita buat adalah bros teknik wire working. Dalam wire working, aneka macam kawat menjadi fardhu'ain hukumnya..:) 8. Hargai diri kita dan bersikap adil Sudah pasti sering kita dengar istilah "harga teman". Iya nggak? hehehe.. boleh lah sekali dua kali.. Tapi bagaimana jika banyak orang yang tau kita memberi harga yang lebih murah kepada pihak lain? wah, berabe ini. Pasti pada ngiri, dan gawatnya mereka bisa menjauh dari produk kita. Anggap semua customer adalah teman kita. Jika si A diberi diskon, maka si B juga berhak mendapat diskon meskipun kita tidak kenal dengan si B. Agak kejam ya? tapi ini lebih aman untuk bisnis kita dalam jangka panjang. Menawar juga merupakan hak customer. Untuk mengatasi hal ini, kita harus memiliki limit harga minimal untuk produk kita. Jangan sampai bermotto "asal laku", tapi juga harus menghargai karya kita sendiri. Kalau memang nawarnya udah keterlaluan (di bawah batas harga minimal), maka lebih baik dijual ke orang lain atau dipakai sendiri aja. Prinsip ini akan menguatkan bahwa produk kita memiliki kualitas dan bukan produk sembarangan. Dalam menerapkan harga juga jangan hanya menghitung bahan2 yang terpakai. Tapi juga hargai tenaga kita dalam membuat. Observasi dan bertanya pada senior akan sangat membantu dalam menentukan seberapa jauh dalam menentukan bayaran untuk lelah kita. Jangan melulu kerja bakti. Nah, teman2,.. sampai di sini dulu tulisan saya kali ini.. Mohon kritik dan sarannya. Usaha pasti berbuah hasil, dan sabar itu tidak ada batasnya :) Good luck Salam hangat -dewi- http://dlizzius.multiply.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H