Mohon tunggu...
Listya Ningrum
Listya Ningrum Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta'14

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memanfaatkan Limbah Tulang Ayam Menjadi Kripik

20 November 2014   03:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:21 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di zaman yang serba modern ini, dampak arus globalisasi semakin kuat kita rasakan. Diantara dampak tersebut ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan kita. Salah satu dampak yang menguntungkan adalah adanya restaurant cepat saji yang dalam proses membuat makanan, tidak memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga membuat orang lebih suka makan direstaurant daripada memasak sendiri dirumah. Tetapi hal ini membuat seseorang menjadi malas karena cenderung lebih menginginkan sesuatu yang instan atau cepat saji. Sementara itu, dampak yang merugikan bagi kita adalah semakin banyaknya limbah yang dihasilkan dari adanya restaurant tersebut yang cenderung merusak lingkungan alam sekitar.

Disekitar kita tentu tidak asing lagi dengan yang namanya sampah. Banyak sekali sampah-sampah disekitar pemukiman kita sendiri baik sampah dari industri maupun restaurant hingga sampah dapur yang sangat meresahkan. Bagaimana cara mengolah sampah sisa sisa restaurantmaupun sisa dari dapur tersebut mampu kita manfaatkan untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi kita.

Seringkali kita jumpai orang-orang yang mengonsumsi ayam goreng di restoran dan di warung lalu tulangnya ditinggalkan begitu saja. Bahkan kitapun sering menjadi pelakunya yang sehari-hari mengonsumsinya juga di rumah, warung, sampai restaurant, dan pasti tulang-tulang sisa hasil dari ayam goreng yang habis termakan, kita buang begitu saja sehingga menjadi sampah yang tak berguna. Apalagi di Daerah Istimewa Yogyakarta ini banyak sekali restauran dan warung rumah makan yang menjual menu ayam, dan seperti yang kita duga para konsumen atau penikmat makanan ayam goreng ini hanya mengonsumsi dagingnya saja, dan memperlakukan tulang ayam tersebut untuk di buang percuma dan menjadi suatu limbah yang tidak berguna.

Walapun ayam sisa makan yang telah kita makan, tetapi tulang ayam dapat diolah kembali dan ternyata kandungan gizi pada tulang ayam cukup banyak dan bermanfaat bagi tubuh. Kandungan mineral seperti magnesium, fosfat dan kalsium karbonat terkandung didalamnya. Protein glikosaminoglikans, osteonektin, osteopontin, dan sedikit kandungan vitamin D juga diperlukan oleh tubuh untuk memenuhi asupan gizi, memperlancar proses metabolisme dalam tubuh serta menangkal dari berbagai macam penyakit tertentu.

Dari berbagai kandungan yang terdapat didalam tulang ayam, menjadikan tulang ayam yang sehari-hari sering kita konsumsi ini sebagai makanan ringan, misalnya kripik tulang ayam. Tentu saja hasil olahan tulang ayam tersebut sangat nikmat, enak dan lezat untuk dikonsumsi. Dapat kita perhatikan disekeliling kita bahwa banyak orang yang gemar mengonsumsi kripik. Saat ini kripik yang umum kita ketahui seperti kripik kentang, kripik singkong, kripik ikan, kripik bayam, kripik daun alas dan masih banyak lagi kripik yang lainnya. Tetapi saatnya kita dapat membuat sebuah inovasi terbaru dengan memanfaatkan tulang ayam diolah menjadi kripik yang dapat kita pasarkan dimasyakat luas sekeliling kita.

Oleh karena itu, ternyata dapat kita ketahui bahwa sisa tulang ayam yang habis kita makan dapat kita manfaatkan lagi dengan cara mengolahnya menjadi suatu yang berguna dan bernilai, yaitu dibuat menjadi keripik tulang ayam. Menjadikan tulang ayam sebagai kripik ini disebabkan karena potensi pasar yang cukup luas dikalangan masyarakat. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari kripik untuk menemani dalam beraktivitas sehari-hari. Berdasarkan fakta ini, mengambil kesempatan untuk mengembangkan potensi akan inovasi baru dari kripik menurut saya merupakan ide yang cukup brilian. Namun kita juga harus mengerti tentang asupan gizi serta rasa yang merupakan keinginan pasar dan selera dari masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun