Di sudut kamar itu, Din sedang menangis menyendiri. Ada apa gerangan, suara rintihannya kian meninggitatkala aku mendekatinya.
“ Apa yang terjadi padamu Din? ” Tak ada jawaban darinya. Hanya isak tangisnya yang sampai ke telingaku. Dan betapa terkejutnya aku waktu itu! Kakinya penuh luka sayatanbersimbah darah!
“Din kenapa seperti ini?siapa yang melakukannya padamu? “
“Sudalah, ini bukan urusanmu!! Lebih baik kau pergi!” Jawaban yang tak pernah kuduga sebelumnya. Merasa aneh sekali dengan penghuni kost baru itu. Bermaksud untuk menolong, tetapi hanya pengusiran yang aku dapatkan. Ya sudah mungkin ini adalah pelajaran yang ku terima karena tak semua hal bisa diceritakan.
Iba aku melihatnya. Semakin hari semakin aneh saja Din aku perhatikan. Apa yang terjadi padamu Din? Bermaksud ingin membantumu. Aku bertekad akan mencari tahu tentangmu.
Keesokan harinya, Din terlihat lebihsegar . Wajahnya berseri. Tak ada murung di wajahnya. Senyum mengembang dia layangkan padaku.
“ Pagi Kak Syara “ Sapanya pagi itu.
“Pagi juga” jawabku. Seperti tak terjadi apa apa kemarin. Sapaan Din terdengar ringan tak ada beban. Mungkin dia sudah baikan dengan kejadian kemarin. Lantas aku masih bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga Din melukai dirinya sendiri.
Mungkinkah dia depresi karena suatu masalah yang besar. Ah tidak, aku pun tak bisa tanya padanya. Baginya aku masih orang baru. Karena Din baru satu minggu tinggal di kost ini.
Tak ada teman lain yang dekat dengannya, kecuali aku. Kebetulan kamar kita bersebelahan. Aku di kamar 12 sedangkan Din di Kamar 13. Setiap perlu apa apa Din selalu bertanya kepadaku.
Waktu terus berjalan, dan tak terasa satu bulan sudah Din menjadi penghuni kost 13. Pertemanan kami semakin dekat. Akan tetapi smpai sekarang pun aku tak ada keberanian untuk menanyakan tentang kejadian waktu itu.
Din adalah salah satu mahasiswi di Universitas yang letaknya tak jauh dari kami tinggal. Hanya saja aku tak pernah tahu bagaimana pergaulannya di luar. Kami bertemu saat malam tiba, saat dia sudah pulang kuliah dan saat aku pulang kerja.
Seperti biasa, saat aku pulang kerja Din ada di depan kamarnya. Duduk di kursipanjang pembatas kamar 12 dan 13. “Hai Din, dah pulang kamu?” sapaku. “Ehh iya Kak, tumben kakak baru pulang?” jawabnya. “Iya nih, kerjaan kakak banyak hari ini.Kakak masuk yah?” Terasa capek hari ini. Dan malam ini aku tak bisa bercakap dengan Din. Aku terlalu capek dan kuputuskan untuk tidur cepat malam ini.
Segar rasanya badan ini setelah air mandi membersihkan kotoran yang menempel seharian. Dan kini ku telah bersiap memejamkan mataku. Bersiap untuk besuk bangun pagi-pagi. Namun seiring detak jam terus berjalan, aneh sekali , mataku mengantuk akan tetapi sulit terpejam. Tiba-tiba gelisah.” Ah lebih baik aku bangun saja” ku nyalakan komputer di samping tempat tidurku. Saat mulai ku tekan tombol monitor, tiba-tiba terdengar suara aneh ..’
“hikkss hikkss hikkss” seperti suara tangisan lirih. Siapakah yang menangis tengah malam begini? Ah mungkin itu hanya perasaanku saja. Semakin tak ku hiraukan, semakin jelas suara tangisan itu. Sontak aku teringat “Ah itu suara Din !!!”. Ku datangi kamar 13, dan tak salah lagi Din mengulang perbuatan anehnya. Sayatan di kakinya mengeluarkan darah. Kupandangi Din saat itu. Hanya duduk terdiam, seolah menatap kosong ke arah lantai di bawahnya.
Dengan keberanian, ku ulurkan tanganku padanya. Tak ku sangka Din mau meraih uluranku. Tiba-tiba tubuh in terbelengguh. Din pingsan jatuh ke lantai. Betapa paniknya aku saat itu. Aku tak mau membuat keramaian di kost, aku tolong Din sendirian. Dengan sekuat tenagaku kubawa Din ke tempat tidurnya. Kubaringkan di sana.
Lima belas menit kemudian, dokter datang dan segera memberi pertolongan. Luka kaki Din sudah diperban dan dia tertidur pulas.Lega rasanya semua baik-baik saja.
“ Nona, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan kepada anda mengenai teman anda “. “ Iya Dok,” jawabku. "dia menderita non-suicidal self injury," kata Dokter. “ Apa itu Dok?”
“ non-suicidal self injury atau biasa disebut self injury saja,
adalah penghancuran disengaja diskrit jaringan tubuh tanpa maksud bunuh diri,"
sepertinya Dokter mencari bahasa yg mudah untuk aku. Aku memperhatikan dengan ekspresi ngeri. "kita coba untuk menghancurkan tubuh kita,
tapi kita nggak bermaksud untuk bunuh diri. beberapa perilaku menyimpang ini
seperti memotong, membakar dan ukiran kulit untuk mematahkan tulang, atau
menempelkan pin dan jarum pada bagian tertentu tubuh kita. biasanya tangan dan
kaki jadi sasaran empuk penderita ini melampiaskan keinginannya." Jelas Dokter.
“ Separah itu Dok, apa dia gila Dok?” “Dan ini sama sekali tidak gila,ini normal. Dia melakukannya disaat pikirannya kalut, bingung atau tertekan yang sifatnya berlebihan. Mereka akan merasa puas jika sudah melakukan semua itu . Saya saranin dia dibawa ke psikiater saja, karena ini bukan hanya soal medis tetapi menyangkut psikisnya, dan ini obat yang mesti anda tebus di apotik. “ Begitu Dokter sudah menjelaskan panjang lebar kepadaku. Terasa ngeri aku mendengarnya. Benar benar hal baru yang aku ketahui saat ini.
Terlihat Din sangat pulas dengan tidurnya. Aku tak berani membangunkannya. Biarlah Din menikmati ketenangannya. Hingga pagi pun tiba, Din sudah rapi seperti biasa dengan balutan busana sederhana dia bersiap pergi masuk kuliah hari ini.
“Kak Syara,,,Din berangkat dulu yah?” seiring pergi menuruni tangga. Saat itu aku baru dari kamar mandi. Dan aneh sekali, seperti tadi malam tak terjadi apa apa. Apakah Din tak ingat dengan kejadian semalam?
Ah ya sudahlah, yang terpenting adalah Din baik-baik saja. Tetapi aku juga tak bisa diam begitu saja. Penjelasan dokter sudah sedikit membuka teka teki ku selama ini. Akan tetapi aku masih penasaran tentang penyebab Din menjadi seperti itu. Tega menyakiti dirinya sendiri. Ada masalah apa dibalik sikap Din yang periang ternyata tersimpan teka teki misteri yang membuatku semakin ingin tahu.
***
Tepat sebulan satelah peristiwa itu terjadi, dan sepertinya peristiwa itu pasti akan terjadi lagi. Semakin aku perhatikan setiap bulan Din pasti melakukan cara ekstrim itu. Sudah ku mencoba menanyakan tentang hal itu ke Din. Jawabanya selalu nihil. Din hanya menjawab dengan jawaban yang lain. Jauh gak masuk akal. Jauh menyimpanga dari pertanyaanku. Jika aku semakin mendesak, Din mulai bosan dengan pertanyaanku. “ Pertanyaan bodoh yang gak harus aku jawab “
Sejak saat itu aku sudah tak berani lagi bertanya. Aku sudah tak ada cara lagi untuk berbicara dengannya. Hingga hubunganku dengan Din menjadi tidak baik. Din menjadi lebih tertutup dan terkesan sangat cuek padaku. Maafkan aku Din aku tak pernah ada niat menjadikan jauh hubungan pertemanan kita.
Suatu malam pun tiba, Sepertinya hari ini aku tak bisapulang ke kostku. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dan terpaksa tidur di kantor. Mendadak pikiranku tak tenang begini. Gelisah dan tiba-tiba teringat kostku. Apa yang terjadi? Pikiranku tertuju kepada Din Apa yang terjadi padanya?
Secepat mungkin aku menyelesaikan pekerjaanku di kantor. Tepat jam 2 pagi kerjaan itu selesai. Ku putuskan untuk pulang saja. Tidak jadi menginap di kantor karena pikiranku terus tertuju pada Din.
Sesampai di kost, pemandangan yang tak biasanya aku lihat. Kost benar benar sepi, gelap seperti tak berpenghuni. Keadaan kamar lain juga tak seperti biasanya. Ada apa, tanyaku dalam hati.
Karena masih terus kepikiran tentang Din, aku langsung menuju kamar sebelahku, kamar No 13 tepatnya adalah kamar Din. Kamarnya gelap, tak ada penerangan disana. “ Din? Din? Kamu didalam?, kamarnya tak dikunci. Ternyata kosong, sepertinya Din tak ada dikamarnya. Kemanakah dia? Semakin kedalam aku melangkah, tak sengaja aku menginjak sesuatu, basah di lantai. Karena gelap aku tak tahu itu apa. Semakin lama aku mencium bau amis di dalam kamar Din. Tak salah lagi, pikiranku tertuju bahwa peristiwa itu baru saja terjadi di sini. Segera ku nyalakan lampu kamar Din. Betapa terkejutnya aku saat itu. Tubuh Din tergeletak di lantai tak sadarkan diri, bersimbah darah dengan luka sayatan kakinya yang lebih parah.
Mendadak tubuhku lemas, kakiku sudah tak kuat menopang badanku. Aku pun terbelengguh pingsan. Dari saat itu aku sudah takbias mengingat lagi apa yang aku lihat malam itu. Aku baru tersadar saat pagi-pagi teman kostku yang lain membangunkanku.
“Aku dimana sekarang?, Din mana? Dia ada dimana?”
“ Kamu dah bangun, Din siapa Syara? Gak ada yang namanya Din disini” Ternyata saat itu aku sudah berada dikamarku sendiri. Kulihat sekelilingku, aku benar-benar bingung. Apa yang terjadi semalam? “ Din yang di kamar 13 mbak, dia ada, semalam dia terluka dan berdarah di kamarnya, kalau tak percaya ayo ke kamarnya sekarang “ mencoba kuyakinkan jawabanku. Namun temanku hanya tersenyum melihatku.
“ Gak ada yang tinggal di kamar 13 Syara, itu hanya perasaanmu saja, aku dah tinggal 2 tahun disini. Tak ada yang bernama Din. Karena kamar 13 itu gak pernah ada yang menempati, sejak kejadian setahun Lalu. Pasti kamu baru mengalami peristiwa aneh di sini ya? Ada peristiwa mengerikan dulu. Si embaknya menghentikan ceritanya.
Semakin merasa aneh dan tak percaya apa yang baru aku dengarkan barusan. “Peristiwa mengerikan apa mbak?” tanyaku. “ Peristiwa pembunuhan seorang gadis bernama Rara,,Dinara nama aslinya. Dan kami sudah biasa dengan kejadian-kejadian aneh di sini. Kami sering mengalaminya, dan kami tak pernah merasa takut karena kami tahu “Dia gak pernah mengganggu kami”
“Jadi selama ini, yang terjadi ….. Sungguh tak percaya, seperti tak masuk akal. Aku pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar sebelah. Kamar No 13. dan betapa terkejutnya aku waktu itu, dan benar kamar itu sudah rusak tak diurus sudah lama. Pintunya terkunci, dan sangat kotor. Kacanya penuh debu. Karena aku masih tak percaya, ku coba membersihkan debu itu dari kaca dan aku mengintip ke dalam. Dan tak salah lagi kamar itu gelap, berantakan tak jelas. Benar-benar tak masuk akal. Aku tak percaya dan aku pun bingung sendiri.
Sejak saat itulah aku sadar, berarti selama ini aku telah berteman dengan seseorang yang sebenarnya sudah tidak ada di dunia ini ??? allahu alam ….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H