Mohon tunggu...
El Roman De Fretes
El Roman De Fretes Mohon Tunggu... -

orang sederhana berpikir sederhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Prostitusi Pelajar di Kota Kupang

20 Desember 2011   08:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena prostitusi merupakan salah satu hal yang sangat miris untuk dipercakapkan. Karena ada yang atas nama moralitas, tidak mengakui fakta ini. Tapi ada juga yang mengaku bahwa praktek prostitusi ada di sekitar kita. Apalagi, prostitusi di kalangan pelajar di Kota kupang. Berikut penuturan Uskup Agung Kupang dan Ketua MS GMIT. Pimpinan umat Katolik dan Kristen Protestan di Kota Kupang. Menurut Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang Pr, jangan menyangkali kenyataan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita harus berani jujur mengakui bahwa fenomena ini ada dan sedang terjadi di sekitar kita. Ini harus menjadi persoalan bersama, baik itu gereja, sekolah, orang tua maupun masyarakat. Sekolah dan para praktisi pendidikan bertugas untuk bisa menghantar anak-anak kita untuk bisa menjadi manusia dewasa yang lebih baik. Guru harus memberi dukungan kepada siswanya untuk lebih focus pada  kegiatan belajarnya. sekolah harus menjadi lingkungan yang nyaman bagi anak untuk belajar. Disamping itu, diharapkan ada peran serta dari orang tua secara aktif untuk memperhatikan anaknya. Jadi orang tua tidak hanya melakukan kontrol dan pengawasan semata tapi memberi perhatian kepada anaknya. Selain itu, perkembangan teknologi modern juga membuat anak-anak ini menjadi sulit terkontrol, karena dengan komunitas-komunitas yang mereka bangun di dunia maya menjadi semakin sulit di awasi. Karena itu, sekolah dan orang tua harus lebih serius memberi perhatian kepada anak. Dan gereja harus lebih optimal dalam melakukan pembinaan-pembinaan spiritual bagi pemuda dan remaja, sehingga mereka tidak mudah terjerumus masuk dalam dunia prostitusi. Nyaris sama dengan Mgr. Petrus Turang, Pr, Ketua Sinode GMIT, Pdt. Robert Litelnoni, S.Th, mengemukakan, fenomena sosial ini menjadi keprihatinan bagi gereja bahwa persoalan ini mempunyai dampak buruk dan luas bagi masyarakat. Persoalan ini pemecahannya sangat kompleks karena ada berbagai latar belakang yang mengitarinya. Persoalan ini sangat berkaitan erat dengan mental dan spiritualitas yang dibangun dalam rumah tangga Kristen. Artinya bahwa mental dan spiritualitas anak-anak kita saat ini semakin menurun. Karena itu sudah menjadi tanggungjawab gereja untuk memberi perhatian lebih dalam pembinaan-pembinaan spiritual bagi para remaja. Dengan maraknya kasus-kasus prostitusi di kalangan pelajar ini, maka gereja perlu meningkatkan pelayanan melalui pembinaan-pembinaan di setiap rumah tangga Kristen dalam kegiatan perkunjungan rumah tangga dan dengan percakapan-percakapan pastoral yang kontinu disetiap rumah tangga. Selain itu, salah satu faktor terbesar yang memicu maraknya kasus-kasus ini adalah faktor ekonomi. Karena itu kepada pemerintah kami berharap agar lebih serius dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ini merupakan gejala yang sering terjadi di kota-kota yang mulai berkembang menjadi kota besar, yang mana ada banyak sekali tawaran-tawaran yang ada, dan untuk bisa mendapatkan tawaran-tawaran tersebut harus dengan duit. Nah, kadang untuk memenuhi hasrat terhadap tawaran yang ada tersebut kadang orang lupa bahwa ada etika dan norma yang mengatur. Masalah ini harus menjadi bahan refleksi bagi gereja dan memperbaharui pola pelayanan, pelayanan tidak hanya dari mimbar saja, tapi lewat percakapan pastoral juga perlu dioptimalkan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun