Mohon tunggu...
Listiyo Fitri
Listiyo Fitri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ingin sesederhana bung hatta, tapi kuat seperti bung karno\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Perempuan Bernama Dedes

3 April 2010   19:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:00 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selendang batik tersampir Mengiringi gemulai langkah kaki Kecantikan rembulan malam di sela-sela panas sang surya Tersembunyi kesucian seorang dara

Cintamu terenggut oleh kabur pandangan nafsu serakah Hanya demi penerus trah Harta dan tahta tak mampu mengganti cinta yang telah hilang Bahkan disaat kau belum mengenal cinta

Terus menunggu dalam kegelisahan Untuk satu cinta yang membebaskan Cinta yang mengukir sejarah Dengan tinta berdarah

--------------

[caption id="attachment_109757" align="aligncenter" width="233" caption="arca yang diyakini sebagai Ken Dedes (indonesian-history.blogspot.com/...oms.html)"][/caption] Sampai sekarang, keberadaan Ken Dedes di trah kerajaan-kerajaan Jawa masih sebatas cerita di kitab kuno, itupun hanya bersumber dari satu kitab yaitu Pararaton, di kitab lain seperti Negarakertagama oleh Mpu Prapanca tidak disebutkan tentang kisah Ken Dedes. Namun, kisah Ken Dedes telah banyak menyebar dalam buku-buku sejarah dan silsilah raja-raja di Jawa. Terlepas dari kebenaran kisah nyata atau tidaknya, Ken Dedes adalah sosok perempuan yang sangat menginspirasi khususnya bagi perempuan Jawa. Membicarakan Dedes, pasti tidak terlepas dari kisah kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit. Singasari dan Majapahit telah di akui sebagai dua kerajaan terbesar di tanah Jawa pada abad 13 dan 14. Menariknya, dua kerajaan ini bila diurut tidak lepas dari keberadaan Ken Dedes. Dari silsilah raja-raja Singasari versi kitab Pararaton, ditulis bahwa keturunan Ken Dedes baik dari Tunggul Ametung maupun Ken Arok secara bergantian menjadi raja di Singasari walaupun diwarnai dengan pertumpahan darah dan balas dendam. Sementara Raden Wijaya sebagai pendiri Majapahit adalah keturunan Ken Dedes dengan Ken Arok yang menikahi Gayatri putri Raden Kertanegara, Raja terakhir Singasari keturunan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Ken Dedes adalah sosok perempuan yang mampu mengkombinasikan antara kecantikan lahir, kemampuan otak, ketegaran, dan kelembutan seorang perempuan. Di usia muda, Dedes harus menerima kenyataan, bahwa cinta dan kesuciannya terenggut oleh seorang pria yang jauh lebih tua dengan drama penculikan dan pernikahan paksanya. Tunggul Ametung menculik hanya karena tergoda kecantikan dan nafsu untuk memperoleh keturunan. Sebuah hal yang sangat hina pada masa itu, mengingat Dedes adalah keturunan Brahmana sementara Ametung hanyalah kaum Sudra yang diberi pangkat dan kekuasaan kecil sebagai akuwu (setingkat camat) di bagian wilayah kerajaan Kediri. Hingga akhirnya datang Ken Arok, seorang pemuda berandalan yang mampu membobol dan menghancurkan semua praktek tirani di Tumapel. Dalam banyak kisah, kurang jelas diceritakan apakah Ken Arok menghancurkan kekuasaan Tunggul Ametung hanya karena keberadaan Ken Dedes, ataukah Ken Dedes sebagai bagian dari kuasa Tunggul Ametung yang berhasil di rebut Ken Arok. Banyak legenda dan mitos yang mengiringi kisah Arok-Dedes, mulai dari betis yang tersingkap hingga kutukan tujuh turunan Mpu Gandring. Tetapi yang jelas, kisah Arok-Dedes adalah sebuah kisah permainan politik tingkat tinggi yang terjadi berabad-abad lalu. Secara tidak langsung Dedes terlibat dalam percaturan politik, dimana posisinya adalah sebagai Ratu mendampingi Ametung dan juga Parameswari mendampingi Ken Arok. Dedes memainkan perannya dengan sangat baik di usianya yang masih sangat belia. Kegalauan hati terjadi ketika Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung di saat dia telah menjadi Parameswari Ken Arok. Dan disaat bersamaan istri Arok yang lain yaitu Ken Umang juga tengah mengandung. Bayangan perang dan perebutan kekuasaan menjadi semakin nyata, begitu juga kegalauan hatinya. Bagaimanapun Anusapati adalah puteranya sendiri walaupun keberadaannya terjadi karena paksaan Ametung. Kesedihan semakin memuncak bersamaan dengan perang dan balas dendam puteranya hingga mengakibatkan kematian suaminya, Ken Arok. Seorang perempuan tegar dengan segala kelembutannya, itulah Ken Dedes. ------------------------ Ketika membaca kisah Ken Dedes ada rasa bangga sebagai seorang perempuan sekaligus ngeri. Ketika seorang perempuan telah mengetahui siapa dirinya dan bagaimana posisinya, dia bisa menggunakan semua kemampuannya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Untuk menjaga cinta dan keluarganya. *) Mempelajari sejarah selalu menyenangkan, karena diri kita saat ini adalah pribadi hasil tumpukan ribuan sejarah di masa lalu. Lagi-lagi teringat pesan Pak Karno, JAS MERAH!! ingin membaca lebih jauh tentang Ken Dedes, bisa mengunjungi alamat ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun