Mohon tunggu...
Listia Wati
Listia Wati Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tingkah Laku Anak Kelas Dua, Selanjutnya Mau Jadi Apa?

8 Desember 2017   11:59 Diperbarui: 8 Desember 2017   12:29 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Milihatnya saja miris, Orang tua bekerja jauh sampai menyebrang pulau untuk menyenangkan anaknya tetapi harus pulang dengan berita duka. Anak muda sejatinya berkarya. Membanggakan orang tua dengan nilai-nilai baik misalnya. Bukan  malah bercinta. Dua insan anak muda masih duduk dikelas dua SMK tetapi sudah pandai bercinta. Siang itu semua tampak baik-baik saja. 

Desa kami memang desa yang tenang dan semua aktifitas adanya di persawahan. Hal itu lalu dimanfaatkan oleh remaja yang tidak punya etika untuk melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan diusia mereka. Terkejut, ketika kakaknya masuk kerumah dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. 

Kakanya mendapati sang adik perempuan sedang bersama dan melakukan hal yang tidak seharusnya dengan seorang laki-laki. Sontak alih-alih menyelesaikan dengan baik sang kakak malah mengundang pemuda desa untuk menyelesaikannya.

Selasa 14/11/2017 menjadi hari yang sangat buruk untuk ibu Anis. Tidak disangka siang itu ibu Anis mendapat kabar duka. Bukan tentang kematian, tetapi tentang ulah anaknya yang kelewatan. Air matanya tidak dapat lagi terbendung. Ia menangis sejadi-jadinya kala tahu apa yang telah diperbuat oleh anaknya. Ibu Anis bekerja sebagai buruh potong karet di Sumatra bersama sang suami. 

Ia melakukan pekerjaan itu sudah sejak anaknya masih kecil. Ibu Anis rela jauh dengan sang anak agar ia mampu menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang lebih tinggi. Tetapi masih di jenjang SMK saja sang anak sudah mencoreng nama keluarga. Kakaknya yang menghubungi ibu Anis lalu menyuruh untuk pulang ke jawa agar dapat ikut menyelesaikan apa yang telah dialami anaknya. Sore itu, tanpa pikir panjang ibuk anis pulang.

Malam 16/11/2017  setelah ibu Anis sampai dirumah ia kembali didatangi pemuda desa bersama bapak kadus. Pemuda desa meminta agar laki-laki yang bersama anaknya kala itu untuk datang dan menyelesaikan permasalahnnya. Kadus desa meminta agar mereka berdua dinikahkan. 

Tanpa pikir panjang sang laki-laki dan keluarganya mengiyakan hal itu. Tetapi hal itu membuat ada gejolak pikir yang hebat didalam diri ibu Anis. Ia tidak rela sang anak perempuan satu-satunya menikah diusia yang masih sangat muda. Meski raut wajahnya menunjukkan rasa kecewa, tetapi hatinya masih cukup kuat untuk menerima omongan-omongan yang memonjokkan sang anak. 

Ibu anis mengela nafas panjang, ia mamantapkan diri berucap bahwa anaknya masih harus tetap sekolah dengan konsekuensi apapun. Kadus dan pemuda desa kembali merundingkan atas keputusan ibu itu. Dengan berbagai pertimbangan pemuda desa memutuskan mendenda 10 juta atas pembuatan yang telah dilakukan oleh anak ibu Anis.

Uang memang bisa dicari, tetapi kehormatan keluarga memang tetap menjadi hal utama. Wajah ibu Anis sontak pucat, 10 juta bukan nilai yang sedikit baginya. Untuk mendapat uang dengan jumlah besar dirinya harus berjuang bangun pagi untuk ke ladang karet hingga petang dengan menjadi seorang buruh. Tetapi mau dikata apalagi hal itu sudah dilakukan oleh anaknya dan ia harus bertanggung jawab atas itu. 

10 juta yang didendakan akhirnya dibagi dua dengan pihak laki-laki. Malam itu menjadi malam yang sangat berat untuk ibu Anis. Bukan tentang didenda, bukan juga tentang omongan tetangga, tetapi ia justru memikirkan masa depan anak perempuannya. Ia takut kalau-kalau putrinya hamil dan tidak dapat melanjutkan pendidikan. Ia kawatir dimasyarakat luas putrinya akan menjadi sorotan dan dimusuhi banyak orang. Dan masih banyak lagi yang ibu Anis kawatirkan.

Malam semakin laut, angin pun semakin kencang berhembus. Udara malam itu berbeda, lebih dingin dari biasanya. Melihat seoang ibu yang dikecewakan putrinya menjadi pelajaran yang sangat mendalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun