]
Setelah seminggu absen disini. Saya hadir lagi loh. Kompasiana emang ngangenin. Ya, beberapa hari yang lalu, saya betemu seribualasan dalam menunda menulis, bahkan untuk menulis status-pun saya mangkir. haha.
Nah, karena saya merasa kagok, ngomongin hal-hal yang ringan aja deh. Saat menulis ini, kondisi di luar sedang hujan. Jadi kepikiran, pernah gak sih kalian merasa hujan itu memiliki resonansi untuk mengenang masa lalu? Hujan yang tidak begitu deras, jatuhnya rintik-rintik romantis. Jadi serasa bagai rinainya yang menghanyutkan pada masa lalu. Kenangan Oh Kenangan. Pernah merasa atau saya aja yang lagi melankolis ya?
Memang tulisan ini saya sengajakan untuk membuat kalian galau. Itupun kalau berhasil. Ngomongin hal-hal yang bau-bau masa lalu. Bukan bermaksud membongkar kembali luka-luka yang pernah ada, tetapi merapikan yang sudah terjadi. Karena sesungguhnya kita tidak akan bisa melepaskan begitu saja yang namanya masa lalu. Kenapa ada spion?
Ya, biar kita bisa lihat apa yang terjadi di belakang biar tahu apa yang harus kita lakukan entah itu berbelok atau menyelip kendaraan di depan. Tanpa spion, bisa-bisa dihadang pak polisi. Seperti itu pula masa lalu, masa itu ada membuntuti kita untuk menjadi pelajaran atau pilihan hidup. Bedanya yang menghadang bukan polisi, tapi kenangan.
Masa lalu membicarakan dua hal yaitu menyenangkan dan menyedihkan. Kali ini saya akan mempersempit makna “masa lalu” yang akan saya bahas yaitu soal hal-hal yang menyedihkan alias bikin galau tingkat akut. Tenang, tidak ada orang yang hanya bahagia atau sedih terus menerus. Semuanya seimbang. Perjalanan perasaan tiap orang pun beragam dan itulah yang membuat hidup kita terasa lebih hidup. Engga lempeng-lempeng aja. Begitupun yang terjadi pada masa lalu, gak semuanya bau-bau bahagia, sedih pun ada dan tinggal bagaimana kita bisa menyikapi hal itu.
Pelajaran yang “Jangan Diulangi Lagi”
Memang menyebalkan rasanya membahas masa lalu yang menyedihkan. Begitupun hal yang pernah saya rasakan ketika harus mengungkit apa yang pernah terjadi dulu. Tapi saya engga pernah berusaha untuk melupakan itu semua, karena toh semakin ingin dilupakan justru makin mempertajam ingatan. Jadi lebih baik saya mencoba memahami makna dibalik semua kejadian yang kadang memilukan itu , menemukan pelajaran yang “jangan diulangi lagi”. Jika kita pernah disakiti dan tahu rasanya bagaimana sakitnya hal itu, maka belajarlah untuk tidak melakukan hal tersebut pada orang lain. Belajar ikhlas dan tidak balas dendam.
Berdamailah dengan Masa Lalu, Biar Tidak Lebam
Berdamai dengan masa lalu kadang menjadi sulit ketika hal tersebut kontras dengan apa yang hati ini rasakan. Lagi-lagi soal keikhlasan. Bertengkar dengan masa lalu sama halnya dengan memusuhi diri sendiri. Jadi, lebih baik mulailah berdamai dan merapikan hal-hal yang tidak mengenakan dimasa lalu. Biar cepat selesai dan tak menghantui perjalanan masa depan.
Yakin bahwa Masa Lalumu Telah "Berbahagia"
Saya yakin, tiap kejadian yang terjadi sudah direncanakan oleh-Nya. Begitupula yang terjadi di masa lalu. Jangan pernah usik lagi, dan yakin bahwa bagian dari masa lalu telah berbahagia dengan kehidupannya sekarang. Begitupun, apa yang kita rasakan hari ini jauh lebih bahagia karena telah mendoakan kebahagiaan untuk masa lalu. Memberi celah untuk bernafas tanpamu. Kalau kamu baik dan ditinggalkan, menyesallah dia. Kalau dia tak baik dan meninggalkanmu, bersyukurlah kamu. Bahagialah!!!
Sibukanlah Waktumu dan Lakukan Hal yang Menakjubkan
Kata Mbak Inul “Masa lalu biarlah masa lalu”. Sudah ikhlas, jadi mending lakukanlah hal-hal yang menakjubkan. Menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan postif akan menjadi senjata ampuh untuk tidak kembali pada masa lalu yang menyedihkan. Lama-lama malah bisa jadi lupa yang tidak disengaja, dan itu mengagumkan.
Move On!
Songsong masa depan, masa lalu tak akan pernah bisa mendahului. Yup, move on dan bertemulah dengan orang-orang baru. Sebagai muda kita harus kaya, kaya pengalaman.
Ternyata, tulisan ini berinti pada satu hal yaitu masa lalu tentang mantan. Bisa mantan pacar, mantan kekasih atau mantan gebetan yang berakhir menyedihkan #eh. Pokoknya apapun dengan merk dagang dengan kata depan “mantan” deh ya.
Kemarin adalah masa lalu, atau tiap detik yang berlalupun bisa dibilang masa lalu. Hari ini kita patut bersyukur, karena ternyata Tuhan masih memberikan waktu pada kita untuk menjadi lebih baik daripada kemarin. Dalam hidup kita akan membuat sebuah sejarah, sejarah yang akan dikenang oleh pembuatnya. Diri kita sendiri
Selamat bersenang-senang, semoga tidak dihadang masa lalu.
Salam super, eh salam hangat,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H