Dia masih tetap sama. Masih ingat jalan pulang ke rumahku. Masih sering membangunkanku tengah malam untuk dibukakan pintu. Tidak perduli padahal lampu rumahku sudah padam.
Untung, tetangga tak perduli tingkahnya. Ah,iya. Aku tak punya tetangga. Dia bebas melakukan apa saja karena satu satunya. Mungkin itu yang juga membuatnya lalu kesini.Tak ada yang akan mengusirnya termasuk aku, yang sudah tertidur dan akan tetap terbangun untuk silakan masuk.
Dia masih sama ketika datang. Masih pintar membuat aku lupa bagaimana cara melanjutkan mimpi tadi. Dia pandai bercerita gara-garanya. Oh bukan itu, mungkin karena aku yang terlanjur cinta. Jangan bilang padanya. Ini rahasia kita.
Dia masih sama, setidaknya sampai sebelum empat malam berlalu sampai sekarang. Aku sadar sesuatu. Dia memang masih sama, seperti yang ku kenal pertama, dengan tapi. Tapi tiba-tiba saja dia selalu kehilangan selera untuk bercerita. Menatapku pun tak sudi dan malah menyuruhku tidur kembali.
Rindu, apa kamu baik-baik saja?
Bagaimana aku bisa lanjutkan tidurku , jika kamu ada dipikirku malam ini. Atau selanjutnya,lebih baik aku tak bukakan untukmu lagi saja daripada hanya diammu yang kudapati.
***
Diam-diam rindu tertawa sendirian.
"Dasar Bodooh.. aku ini rindu, yang lebih suka mendiamkanmu ketika kamu pikirkan, yang meski tak dibukakan pintu olehmu bisa menyelinap dari arah mana saja."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H