Saya tak ingat kapan terakhir mengimpikannya atau belum pernah sama sekali terpikirkan? Datang ke Istana untuk menemui Presiden Indonesia, bahkan lebih dari bertemu melainkan juga duduk dalam satu ruang yang sama. Ya, saya pernah takut untuk bermimpi tinggi, menemuimu -presiden- misal. Karena aku mah apa atuh. Tetapi apa sih yang tidak mungkin. Dan saya belajar, untuk mengenal bahwa"semua bisa jadi mungkin"
***
Sempat Salah Duga,
Jumat pagi, saya mempunyai janji bertemu dosen pembimbing. Karena terlalu fokus dengan pekerjaan yang harus saya serahkan pada beliau, handphone ternyata tertinggal di kosan. Sesampainya di kos ada dua panggilan berkode jakarta terlewatkan. Siapakah gerangan pemilik deret angka ini?
Awalnya saya mengira dengan “PD”-nya. Jangan-jangan dari Harian Kompas. Ya, karena beberapa minggu lalu saya sempat mengirimkan liputan kampus untuk rubik kompas kampus yang terbit dihari Jumat. Sebelum akhirnya mengecek harian kompas versi e-print, tiba-tiba handphone kembali berdering. Kode jakarta lagi. Tanpa pikir panjang saya angkat.
“Halooo"
“Halo dengan Mbak Listhia, ini dari kompasiana” terdengar suara perempuan dari seberang.
Dugaan saya ternyata sedikit melenceng. Benar dari kompas, tetapi kompas-iana.
Pembicaraan via telpon tersebut ternyata bermaksud untuk mengabari saya perihal undangan dari istana negara. “lunch bareng Pak Jokowi??”, batin saya bahagia.
“Pakai batik dan sepatu, ya,” kata dari ujung telepon mengingatkan saya.
"Yaa..", jawab saya ga pakai ragu.