Aku menghargai setiap perjuangan, untuk siapapun- terlebih atas nama untukku- termasuk kau. Tak ada yang ingin aku kecewakan, ketika aku tahu kau berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang kau temukan ada padaku lagi. Cinta, katamu.Kau berjuang sebagaimana lelaki yang meng-amin-i segala macam cara untuk mendapatkan hati wanita, aku tahu.
Aku tahu, dan kau pun harus sama tahu. Aku pun berjuang, bagaimana mencintaimu dengan benar. Namun, mencintaimu pun aku butuh waktu, bukan cuma soal peluang menggantungkan status lajang.
Bukankah kita sama, sama-sama sedang berjuang?
Kau berjuang mendapatkan hatiku dan aku berjuang untuk memberikannya untukmu. Jika salah satu diantara kita gagal , itu tak adil. Namun bagaimana jika kau gagal dan aku pun sama. Bukankah kadang cinta se-lelucon itu? Ya, anggaplah cinta ini cuma lelucon yang kemudian sama-sama kita pahami. Kita tidak akan pernah bisa tertawa untuk lelucon yang sama bukan?
Dan apa bedanya hubungan yang akan kita jadikan dengan lelucon- yang tak pernah sama rasa tertawanya dari pertama- yang rasanya kita tapi bukan kita yang dulu.
Sudah ah, buat apa memikirkan cara balikan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H