Tidak percaya.
Itulah respon pertama yang saya rasakan ketika mendapati berita tentang seorang siswa Taruna Nusantara (TN) yang meninggal dunia. Berita kematian mungkin wajar terjadi, namun bukan itu yang membuatnya jadi tidak mudah percaya, melainkan berita yang menyertainya, yang diduga dibunuh setelah ditemukan luka tusuk di lehernya.
Tragis. Tidak bisa saya bayangkan.
Sungguh, saya masih tidak percaya, belum percaya tepatnya. Apalagi, ditengah maraknya berita palsu atau hoax, membuat saya jadi orang yang sangat skeptis untuk menerima sebuah informasi. Bagaimana mungkin sih seorang siswa Taruna Nusantara, yang dikenal sebagai sekolah unggulan dengan siswa terbaik, bisa sampai muncul berita macam ini?
Yang sering saya temukan di mediapun, beritanya tak pernah mengerikan, sebaliknya berita yang muncul selalu soal kebanggaan, soal prestasinya sebagai pencetak generasi muda berkualitas, dengan siswa yang berpretasi baik akademis maupun nonakademis pun lulusan-lulusannya yang telah berhasil.
Setelah dikonfirmasi kembali oleh kakak ipar saya, yang juga merupakan alumni TN, ternyata kabar berita tersebut memang benar terjadi. Ketidakpercayaan yang saya rasakan berubah jadi rasa khawatir,cemas dan takut. Pasalnya, saya jadi teringat adik kandung saya, yang sudah hampir tiga tahun ini juga terdaftar menjadi salah satu siswa di sekolahan tersebut. Khawatir akan keselamatannya, cemas akan keadaannya juga takut jika terjadi apa-apa setelahnya.
Belum puas dengan informasi yang saya dapat dari kakak ipar, saya mencoba mencari tahu dari media online untuk memastikan kembali juga untuk menambah informasi yang ada. Jumat siang, berita di media online belum banyak yang membicarakan kasus ini, yang saya ingat saya baru mendapatkan berita dari laman detik.com.
Berita soal meninggalnya siswa Taruna Nusantara juga sempat membuat Ibu saya panik. Ibu baru pulang kerja saat mengetahui berita ini dan ternyata grup whatsapp sudah ramai membahasnya. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan Bapak saya. Tidak menyangka!
Taruna Nusantara yang Saya Tahu
Saya bukanlah alumni. Saya hanyalah orang di luar kampus, awam, yang jelas tidak tahu banyak dan detail soal sekolahan ini. Namun, ijinkan saya membahas apa yang saya ketahui semenjak adik saya diberi kesempatan untuk menempuh pendidikannya disana.
Jika mengingat kembali dari awal, dari mulai seleksi sampai bisa lolos dan sekarang hampir menyelesaikan studinya, banyak perjuangan yang sudah dilalui adik saya. Keinginannya yang kuat untuk mendapatkan kursi di bangku sekolahan ini bahkan berhasilkan merobohkan keraguan yang sempat dirasakan kedua orang tua saya waktu itu.