Bahas lagi soal kesehatan nih. Semenjak menjadi seorang tante yang imut sekali, ada kata yang cukup familiar kembali terdengar, imunisasi. Ya, mempunyai ponakan yang masih berusia 5 bulan membuat saya ingat hal ini.
Kadang ikut juga mengantarkannya ke dokter untuk imunisasi. Dan seperti kebanyakan yang terjadi, habis di imunisasi biasanya bayi-bayinya pada paduan suara, nangis semua. Dulu gitu gak yah?
Ya, Meski saya sendiri lupa, bagaimana rasanya di imunisasi waktu bayi. Tapi saya yakin, Ibu saya tidak pernah alfa untuk datang ke posyandu untuk melengkapi imuniasi saya. Hihi. Oya, ternyata imunisasi tidak berlaku saat kita bayi saja lho.
Apa yang Terlintas Ketika Mendengar “Imunisasi”?
Ada yang harus kalian perbaharui informasinya.Menurut informasi dari laman WHO, tiap akhir April dimulai pada tanggal ini 24 – 30 April dicanangkan sebagai Pekan Imunisasi Dunia (PID). Kegiatan imunisasi sebagai lapisan pertama dalam mempertahankan kesehatan memang sangatlah penting. Vaksin yang digunakan saat imuniasi dapat melindungi seseorang dari berbagai penyakit.
Intervensi imunisasi pun sudah diakui berhasil sejak pertama kali diperkenalkan.Melalui imunisasi ini diperkirakan dapat mencegah 2-3juta kematian setiap tahun. Imunisasi tidak sekadar melindungi anak-anak dari penyakit seperti difteri, tetanus, polio dan campak tetapi juga penyakit seperti pneumonia dan diare rotavirus ( dua pembunuh terbesar anak dibawah 5 tahun)
Imunisasi tak hanya bermanfaat untuk anak, pada remaja dan orang dewasa pun dapat mencegah penyakit seperti influenza, meningitis dan kanker. Pada tahun 2012 diperkirakan 22,6 juta bayi tidak mendapat pelayanan imunisasi rutin.
Lebih dari setengah dari anak-anak tersebut hidup di 3 negara yaitu India, Indonesia dan Nigeria. Pasokan vaksin yang tidak memadai, kurangnya akses ke tenaga kesehatan, kondisi finansial, kurangnya pengetahuan merupakan beberapa faktor rendahnya imunisasi.
Pada tahun ini, seperti dilansir pada infoimunisasi.com PID di Indonesia akan mengusung tema “Bersama Wujudkan Cakupan Imuniasi yang Tinggi dan Merata”
Awal Mula Imunisasi di Indonesia
Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Kementerian Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005, program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu; imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan interval minimal empat minggu; dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan.
Cek Jadwal Imunisasinya Ya
Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan Ikatan Dokter Anak Indonesa terkait imunisasi. *belum menemukan versi 2015* Kalau tidak jelas bisa lihat di sini.
Fakta di Lapangan terkait Imunisasi
Selama rentang 6 tahun yaitu 2007 sampai 2013, terdapat peningkatan imunisasi lengkap sebesar 17,6 persen. Namun tetap saja masih ditemukan yang tidak imunisasi lengkap sebesar 32,1 persen dan tidak diimunisasi 8,7 persen. Alasan yang diberikan cukup beragam mulai rasa takut, panas, sering sakit, keluarga tidak mengijinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi serta sibuk/repot.
Provinsi di Indonesia yang memiliki presentase tertinggi imunisasinya adalah D I Yogyakarta (83,1 %) dan terendah di Papua (29,2%). Provinsi DI Yogyakarta juga mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi dasar HB-0, BCG, DPT-HB 3, dan campak . Sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo
Dalam pengambilan data , tidak semua balita dapat diketahui status imunisasinya. Alasan yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya adalah ibu yang lupa, tidak mengetahui pasti jensi imunisasi, catatan dalam KMS/KIA tidak lengkap atau hilang, atau yang ditanya bukan ibu balita. Inilah beberapa kekurangan dari metode survei dalam Riskesdas 2013.
Yuk, jaga investasi masa depan bangsa kita. Anak adalah penerus generasi kita selanjutnya, berikan yang terbaik dan jangan lupa imunisasinya. Ingat lagu ini dong “Aku anak sehat, tubuhku kuat..Karena ibuku rajin dan cermat..semasa aku bayi,selalu diberi ASI. Makanan bergizi dan IMUNISASI!!”Eh,Siapa yang ikut nyanyi?
Bagaimana Imunisasi di Indonesia, Sudah Sehat Semua?
Salam Sehat Indonesiaku,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H