Ada pisah ada sambut yang dirayakan satu negara pada dua puluh oktober, hari ini.
Hari ini, setelah satu dasawarsa dilalui, Indonesia memiliki pemimpin negara yang berbeda. Setelah Pak Jokowi, kini Pak Prabowo yang akan menjalankan tongkat estafet kepemimpinan Indonesia. Selalu ada rasa haru di momen pisah dan sambut, tidak hanya pada momen pergantian presiden, yang meski saya hanya saya liha dari siaran langsung.
Ini bukan tulisan politik, karena saya tidak lihai melakukannya. Ini hanyalah tulisan yang ingin saya tulis untuk keduanya pada umumnya, namun untuk yang pisah khususnya. Sebuah epilog atau tulisan penutup kepemimpinan Pak Jokowi, dan Prolog untuk Pak Prabowo.
Pemicunya sebuah kenangan berupa tulisan yang saya buat di tahun 2014 pada tanggal 20 Oktober 2014, saat itu ketika melepas pak Susilo Bambang Yudhoyono atau akrab dipanggil dengan nama Pak SBY. Begini:
"Satu dasawarsa bukan waktu yang dikatakan "sebentar" pak. Kau tahu pak ? itu sama dengan separuh dari usiaku hari ini. Bahkan sejak aku masih unyu berseragam putih merah , fotomu yang berpeci sudah ada di depan kelas di bawah pancasila . SMP, SMA bahkan sampai masuk kuliah. Paket lengkap menemani perjalanan studi loh pak. :") Terima kasih pak SBY, ijinkan Pak Jokowi untuk menemani sisa studi sarjana dan kelak wisuda. Jika pun takdir mengiyakan untuk menjadi saksi pernikahan #ehh abaikan yang terakhir tapi boleh di amin-ni kok. Hehehe."
Lalu, bagaimana untuk Pak Jokowi? Begini:
"Terima kasih, Pak. Atas 10 tahun yang sudah Bapak pimpin. Saya sendiri tidak menyangka ternyata sudah selama itu, namun ketika melihat kehidupan saya di masa Bapak menjadi Presiden, saya jadi harus mengaku. Di periode Bapak, saya yang masih mahasiswa semasa awalnya, kini sudah mengajar mahasiswa saat melepas Bapak. Coba tebak berapa umur saya sekarang, Pak? Selalu akan kenang juga perihal momen undangan ke istana di tahun pertama masa menjabatmu, Pak. Barangkali akan saya abadikan dalam ingatan dan akan saja jadikan sebagai salah satu momen berharga di kehidupan saya. Terima kasih!"
Saya tahu tulisan saya untuk Bapak, pun Bapak SBY sebelumnya, mungkin kemungkinan besar tidak akan sampai pada kedua mata. Namun, bukan itu yang ingin saya tuju, ingin saya adalah bisa mengenang masa-masa melepas pimpinan negara, yang saya ada di dalamnya, dengan tulisan saya sendiri.