"Begitulah saya kalau sudah bucin dengan lagu, saya putar terus-terusan sampai yang bosan yang ada di sekitar saya, mungkin. Itulah saya."
Tulus memang sudah jagonya meramu diksi di lagu-lagunya. Saya tidak bisa menyangkalnya. Semua lagu di album barunya pun dibuat oleh Tulus, lirik-liriknya.
Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Kukira tak kan ada kendala
Kukira ini kan mudah
Kau aku jadi kita
Kukira kita akan bersama
Hati-hati di jalan
Itulah sepenggal lirik lagu "Hati-hati di Jalan" yang saya pikir bukan saya saja yang galau, tapi satu Indonesia. Ah iya, yang baru saja temui ternyata sudah berhasil masuk Chart Global Spotify. Keren amat!
Jika dihubung-hubungkan, "Hati-hati di Jalan" sebenarnya mirip dengan fiksi terakhir yang saya buat. Begini penggalan yang saya punya:
Jika arah kembali berlawanan, kita lanjutkan perjalanan. Masing-masing (dari Judul Fiksi: Akhiri Februari, 28022022)
Berkisah tentang yang pernah dipertemukan di satu titik, tapi pada akhirnya harus melanjutkan sendiri-sendiri lagi. Pada akhirnya ya "hati-hati di jalan" yang menjadi akhir cerita. Lagu Tulus dan fiksi yang saya buat adalah soal cerita yang klise.
Kembali lagi pada karya Tulus, melalui tulisan ini saya mengucapkan "Terima kasih dan teruslah berkarya!"
...dan Tulus berhasil menyalakan kenangan-kenangan yang seharusnya dipadamkan atau memang sebenarnya tidak bisa dipadamkan?
Salam,
Listhia H. Rahman