Jam dinding terus berputar dari angka dua belas ke dua belas lagi. Namun tidak dengan waktu, waktu tetap pergi.
Kamu nyaman tinggal di masa lalu. Aku terus berjalan di masa sekarang.
Kamu tidak akan bisa mengejarku. Aku yang tak bisa lagi terkejar.
Kamu cuma bisa dikenang, tapi aku tak kunjung tenang memikirkan:
"Sebenarnya berapa jarak tempuh antara masa lalu dan masa sekarang? Andai aku tahu, akan kuhitung kecepatan bergerak menuju kamu, tapi apa mungkin?"
Kita berada pada beda dimensi waktu yang mustahil dipertemukan, terkecuali jika Tuhan mengiyakan.
Di masa depan.