Tidak berwujud tapi ada, stres.
Siapa yang tidak pernah mengalami stres? Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kita menjadi stres. Mulai dari nilai ujian yang kurang memuaskan, tututan pekerjaan yang tidak kelar-kelar atau hubungan yang tidak kunjung diberi kejelasan. Ya, hal-hal tersebut bisa memicu datangnya stres dengan level yang berbeda-beda tiap orangnya.
Datangnya stres ternyata dapat berdampak pada kondisi tubuh kita. Salah satunya berpengaruh terhadap nafsu makan. Pasti pernah merasakannya bukan? Kira-kira kalian tim yang nafsu makannya meningkat atau malah sebaliknya?
Stres dan Nafsu Makan
Kok bisa beda-beda?
Stres memang unik, apalagi manusia yang mengalaminya. Seperti kita yang selama stres justru membuat berat badan makin geser ke kanan di timbangan, sedangkan di sisi lainnya justru ada yang harus terjun bebas alias kurusan? Lalu apakah cara ini bisa dikatakan "aman" untuk dilakukan sebagai jalan pintas dietmu?
Hey, apa kamu pikir stres itu baik?
Penambahan nafsu makan ketika stres dapat dijelaskan. Hal ini dikarenakan respon tubuh yang menghasilkan hormon stres yang disebut dengan kortisol. Hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal. Paparan hormon kortisol yang berlebih inilah yang dapat menstimulasi nafsu makan kita. Menjadi melonjak.
Nafsu makan yang meningkat disertai keinginan untuk mencukupinya lewat makanan yang asal-asalan -maksudnya tinggi energi, rendah gizi- jadi biang sumbangan terhadap berat badan kita. Menjadi kilogram. Saat stres, makanan tinggi lemak dan gula menjadi makanan yang kamu cari-carikan? Kerennya "comfort food".
Sebuah studi di tahun 2015 bahkan menemukan hasil yang mencengangkan bahwa stres ternyata dapat membuat metabolisme tubuh melambat. Di mana peneliti menemukan partisipan wanita yang stres membakar 104 kalori lebih sedikit daripada yang tidak mengalaminya. Atau dapat diperkirakan dapat menambah hampir 5 kilogram pertahun. Angka yang lumayan bukan?
Sebaliknya.