Ya, karena enaklah. Masa harus diberi tau~
Pernahkah kalian merasa sulit sekali berhenti makan gorengan, keripik kentang atau jajanan kemasan ringan asin-asin lainnya? Rasanya mulut ingin mengunyah lagi dan lagi. Susah berhenti.
Jika iya. Tidak usah merasa sendirian, sebab di luar sana banyak orang yang mengalami hal serupa, lho.
Namun, pernah tidak kalian berpikir dan mencari penyebabnya, kenapa kok bisa-bisanya kita begitu suka sekali makan yang asin-asin itu? Apa kamu tidak penasaran kenapa bisa sebegitu nagihnya?
Ternyata yang Asin Tak Kalah Menggoda
Jangan kira hanya yang manis-manis saja, ternyata rasa asin juga sama-sama tidak bisa kita hindari untuk lagi dan lagi. Hal ini bukan tanpa sebab, karena faktanya garam menimbulkan rasa yang adiktif.
Dikutip dari healthline, otak dan tubuh kita memang dirancang untuk menikmati garam karena hal tesebut diperlukan untuk bertahan hidup. Jadi selama sejarah kehidupan manusia, di zaman dahulu kala menemukan garam sangatlah sulit sehingga mengidam garam menjadi salah satu mekanisme bertahan hidup.
Meski begitu, kebutuhan garam perlu diperhatikan karena jika berlebihan dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan apalagi konsumsinya yang saat ini diketahui masih diatas rata-rata kebutuhan harian (rekomendasi harian adalah 5gram/1 sendok teh).
Beginilah Peran Garam dalam Makananmu
Penelitian telah menunjukan hubungan konsumsi garam dengan obesitas. Beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan asin-berlemak berhubungan dengan makan berlebih (overeating) dan kelebihan berat badan (overweight) daripada makanan manis-berlemak.
Sebuah studi yang diterbitkan Journal of Nutrition menunjukkan bahwa garam dapat memainkan peran dalam membuat kita makan lebih banyak lebih dari yang kita duga.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Deakin University di Australia ini dilakukan manipulasi jumlah garam dan lemak pada makanan pasta dalam sekali seminggu selama empat minggu.
Makanan tersebut diatur menjadi 4 kategori yaitu rendah lemak-garam, rendah lemak-tinggi garam, tinggi lemak-rendah garam, dan tinggi lemak-tinggi garam.
Selain diukur seberapa banyak makanan tersebut dikonsumsi, peneliti juga menilai reaksi responden terhadap makanan yang mereka makanan seperti kesenangan (pleasantness), rasa lapar (hunger) dan kekenyangan (fullness).