Meski sudah lama kita bertemu, tapi mengapa baru akhir-akhir ini terasa kehadiranmu. Ceritanya yang harus begini atau...?
Rasanya ingin sekali aku mengadu pada Tuhanku: Mengapa baru sekarang, Tuhan?
Andai ceritanya dimulai sejak kali pertama, bukankah akan lebih banyak cerita cintanya? Akan lebih indah dan sempurna?
...atau aku yang terlalu jemawa.
Seenaknya menerka-nereka. Seolah tidak percaya bahwa ada yang lebih indah dari rencana-Nya.
Tuhan tentu jauh lebih tahu. Alasan mengapa aku dan kamu perlu menunggu. Tidak jumpa lalu jatuh cinta saja.
Aku yang seharusnya sadar daripada terus bertubi-tubi mempertanyakan, bahwa ada yang lebih semestinya aku lakukan.
Adalah bersyukur bahwa jalan cerita yang ditulis Tuhan terkadang suka yang tidak terduga. Seperti kita yang memang harus memulai ceritanya sekarang, bukan sejak dulu.
Bukankah waktu itu kita pernah sedang sama-sama menjaga hati orang lain yang kita akui milik masing-masing walau diakhir ternyata sama salahnya?
Ah iya. Memang sekarang waktunya yang tepat. Sehabis hatimu dan hatiku sama-sama sambat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H