Apakah anjuran ini beneran atau jangan-jangan hanya iklan minuman?
"Berbukalah dengan yang manis" menjadi sebuah kalimat yang selalu nyaring terdengar selama bulan puasa seperti ini. Mencari sejak kapan kalimat tersebut mulai booming, saya sendiri kurang tahu pasti. Mencari-cari melalui pencarian seperti Mbah Google juga tidak nemu-nemu. Namun ada yang mengatakan bahwa kemunculannya makin nge-hits karena iklan sebuah minuman?
Dari sisi agama, 'berbuka dengan manis' ternyata tidak secara terang-terangan berkata demikian. Tidak ada hadis yang seperti itu. Yang ada justru sebuah anjuran untuk berbuka yang di sunnah-kan nabi yaitu mendahulukan berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air minum.
Nah, apakah selama ini kita hanya kemakan iklan saja?
Memahami Berbuka dengan yang Manis dengan Benar
Pembahasan soal berbuka dengan yang manis sudah pernah saya tuliskan beberapa tahun lalu, di tahun 2017. Mungkin beberapa poin akan saya ulangi, karena barangkali kamu sudah lupa.
Baca Juga : Bijak Memaknai Ungkapan Berbukalah dengan yang Manis
Terlepas dari sisi agama, berbuka dengan yang manis sebenarnya tidak benar-benar salah. Kurma juga rasanya manis. Hal ini karena makanan manis bisa memulihkan tenaga selama seharian puasa dengan cepat, membuat gula darah cepat meningkat. Hanya saja, pemilihan makanan manis ini yang sering jadi keblabasan. Tidak terkontrol. Dengan minun sirup satu botol. Misal cuma misal.
Pada dasarnya gula (yang membuat manis makananmu itu) adalah karbohidrat. Namun tidak semua gula adalah jenis karbohidrat yang sama. Menurut jenisnya, karbohidrat masih dibagi lagi jadi dua yaitu sederhana dan kompleks. Tergantung dari strukturnya.
Dikatakan sederhana karena strukturnya yang sederhana jadi mudah diserap jadi energi. Misalnya gula pasir, permen, sirup, biskuit, rata-rata buatan manusia gitu deh. Namun ada juga yang memang alami seperti madu. Madu dari lebah.