"Mbak Lis, kalau nulis dapet fee berapa sih?mau dongs!"
Ehem. Rupanya makin kesini pekerjaan nulis-menulis memang jadi punya daya tarik tersendiri. Dari banyaknya alasan, alasan soal berharap menambah pundi-pundi jadi yang paling menarik untuk saya bahas kali ini. Tidak, tidak lalu ingin menyalahkan. Karena memang tidak ada salahnya kok jika ingin menulis untuk mendapatkan uang. Kenyataannya tulisan memang bisa melakukannya untukmu. MANTUL to, mantap betul!
Semenjak saya terjun ke dunia tulis-menulis, menjadi penulis artikel di kompasiana khususnya, banyak orang yang tiba-tiba mendadak jadi menduga-duga soal berapa rupiah yang saya dapat. Jadi pada kepo,gitu. Ya, kalau sudah begini, biasanya saya menjawab dengan senyuman saja sambil mengamini prediksi mereka. Mudah-mudahan seperti yang kamu pikirkan,ya. HAHA.
Jangan Menulis Hanya Kejar Uangnya
Inti tulisan ini bukan menjabarkan penghasilan menulis saya. Melainkan untuk meluruskan kembali niat mulia kalian, terutama bagi si penulis pemula. Saya katakan 'pemula' bukan berarti saya sok senior karena saya akan selalu menjadi newbie biar awet muda. Dalam konteks ini pemula ya orang yang baru berniat dan mau terjun di dunia tulis-menulis.
Pesan saya atau hanya mengingatkan saja, janganlah kamu menulis hanya karena melihat uangnya saja. Sebab ada yang lebih mahal daripada itu yang uang saja tidak bisa membelinya yaitu proses menulis itu sendiri. Kalau kamu menulis hanya mengejar uangnya, bersiaplah untuk kecewa diawal. Yang mungkin bisa jadi menjadi pematah semangatmu untuk melanjutkan. Kamu langsung berhenti , tidak menulis lagi.
Menulis itu adalah proses belajar. Bukan sesuatu yang instan sesuai rencanamu. Yang ketika kamu berhasil menuliskan satu tulisan lalu bisa langsung bagus, kemudian setelah itu uang menghampiri bertubi-tubi. Mie instan saja yang katanya instan saja butuh beberapa proses sebelum bisa dimakan. Begitu juga menulismu, yang butuh tahapan untuk bisa mengundang pendapatan.
Kalau tulisanmu nanti sudah bisa memberimu penghasilan. Itu hanyalah bonus. Jadi syukuri, nikmati dan tetaplah terus menulis sampai nanti-nanti. Jangan sampai hanya karena sudah mendapatkan yang kamu harapkan, kamu lalu jadi lupa diri. Jadi maunya menulis ketika "wani piro" (berani berapa). Kalau tidak, lalu diam saja?
Lagi pula, bagus atau tidaknya sebuah tulisan tidak diukur dari seberapa banyak ia bisa mengisi dompetmu, melainkan seberapa banyak orang yang bisa kamu beri dampak baik dari tulisan yang kamu buat.Jadi sampai disini, kamu mcqueen-yaqueen ingin menulis gak? Mari menulis karena ingin terus belajar dan memberi dampak positif bagi pembacamu, atau minimal dirimu sendiri.
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H