Fix, semenjak adik disana, adik memang telah banyak berubah!
Saya yang Pantang Bertanya
Semenjak adik diterima menjadi Taruna, ada aturan yang saya buat sendiri. Aturan untuk pantang bertanya soal keseharian adik disana. Ya, bagi saya lebih baik adik yang bercerita sendiri itu pun kalau ia bersedia. Kalau tidak biar saja.
Toh, tanpa harus bercerita, rasanya saya sudah paham bahwa hari-harinya mana bisa santai. Dari matanya yang kelihatan lelah, dari suaranya yang nyaris habis, dari bekas-bekas luka yang saya duga sisa latihannya, saya mencoba paham.
Terlebih, ini adalah tahun pertamanya, yang mana dia harus belajar beradaptasi untuk bisa mengatur waktu dan dirinya sebaik mungkin.
Mereka yang Merelakan Masa Mudanya di Lembah Tidar
Saat yang lain asyik dengan gadget keluaran terbaru
Memberi kabar saja kamu belum tentu
Saat yang lain tertidur dibalik selimut yang hangat
Mendapat tidur meski singkat, bukanlah hal yang berat
Saat yang lain bisa sesukanya pergi kemana-mana.
Kamu menetap, siap ditempa meski harus bertaruh nyawa
Demi negara,
kamu relakan masa remajamu tak seperti yang lainnya
Gara gara adik, pandangan saya soal Taruna/Taruni bukan hanya sebatas soal tingkat kekerenannya yang maksimal ketika berjalan saat pesiar atau kenecisan penampilannya yang membuat siapa (saja ingin mengandeng) menjadi memesona.
Ternya dibalik itu ada perjuangan yang tidak mudah, ada berliter-liter keringat yang bercucuran, ada banyak hal yang menyenangkan di luar sana tapi kamu rela untuk membatasinya atau bahkan tidak sama sekali.
Meski tatap muka kini jadi berkurang jumlahnya, tetapi doa untukmu tetap selalu mengalir. Smoga kesehatan dan keselamatan menyertaimu,dik-dan adik-adik yang lain yang juga sedang berjuang di tempat yang sama!
AMIN!