Perkenalan kami bukan dari tatap mata, melainkan dari kata-kata
Rasanya masih tidak percaya, salah satu penulis senior disini yang penuh kehangatan itu telah tiada. Sosok kebapakan yang begitu cepat menjadi akrab. Nama akunnya Tubagus Encep, seorang yang lebih sering saya panggil dengan sebutan Aki.
Awal Perkenalan Kami
Tentu dari sini, kompasiana!
Saya beruntung, sempat tahu dan mengenal beliau melalui tulisannya beberapa tahun lalu. Mungkin bukan hanya saya, melainkan teman-teman --kompasianer lainnya---yang sudah bergabung lebih dari dua tahun belakangan, (seharusnya) saya kira sudah familiar dengan sosok yang satu ini. Seorang kompasianer senior yang membuat bahagia jika sudah mengenalnya.
Kok dua tahun belakangan? Sebab di tahun 2017 dan tahun 2018 ini, tulisan beliau tak pernah muncul lagi. Beliau (alm) memilih vakum, yang saya sendiri pernah menanyakan 'kenapa' tetapi tidak pernah mendapat jawaban yang pasti.
Beruntung, meski tak bisa menemui tulisan beliau (alm) di Kompasiana, saya masih bisa melihat aktifitas digital beliau melalui media sosial, facebook. Ya, setelah saya selidiki lagi, rupanya kami sudah saling berteman di medsos sejak awal 2015 lalu. Bisa dibilang perkenalan kami memang cukup singkat, karena saya sendiri baru bergabung di Kompasiana tahun 2014 akhir, tepatnya di bulan Oktober.
Jadi kira-kira cukup empat bulan sejak saya bergabung disini, saya sudah mulai berinteraksi dengan beliau (alm). Sampai yang terakhir pada bulan juni lalu, saat idul fitri. Dimana percakapan terakhir kala itu beliau sempat curhat sedikit soal siswa-siswaya, "susah diajarin nulisnya"
Sosok yang Tak Mudah Dilupakan
Bagi saya pribadi, sosok almarhum adalah sosok yang tidak akan saya lupakan. Apalagi beliau (alm) pernah menuliskan sebuah tulisan untuk saya (yang bukan siapa-siapa), spesial. Dari judul yang beliau (alm) buat pun sudah membuat saya kagum, "Listhia, Menari di Atas Kertas"
Ya, saya sendiri juga masih heran, mengapa beliau (alm) pernah tertarik menjadikan saya sebagai objek tulisannya. Padahal waktu itu pun kami belum lama saling memperkenalkan diri. Tapi, memang Allah adalah sebaik-baiknya pembuat rencana, termasuk rencana mengapa kami saling dipertemukan seperti ini.