Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Selain Bentuk Ibadah, Begini Puasa dari Sisi Ilmiah yang Kamu Harus Tahu

8 Juni 2018   21:15 Diperbarui: 12 April 2022   22:47 2717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana kondisi kesehatanmu sampai hari ini? Masih kuat menjalankan puasa -bagi yang menjalankan-?

Tidak terasa sudah hampir satu bulan kita menjalankan ibadah puasa. Sudah berkurang berat badannya atau malah bertambah? Menjadi tidak makan dan minum selama puasa, ternyata tidak selamanya membuat kita jadi 'langsing', yang banyak terjadi malah sebaliknya. Padahal puasa adalah waktu di mana kita bisa belajar mengendalikan diri termasuk dalam mengendalikan makanan yang kita asup, mengajarkan kita untuk menjadi lebih sehat.

Ya, bukan hanya dari katanya, soal dampak kesehatan berpuasa ini sudah banyak yang membuktikan lewat penelitian. Bukan penelitian yang abal-abal, tetapi penelitian yang dilakukan melalui serangkaian metode yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Penelitian ini juga sudah dipublikasikan secara internasional, yang berarti dapat menjadi referensi bacaan dan tak dipungkiri juga melahirkan penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa penelitian yang sudah dilakukan agar semangat berpuasamu bisa lebih-lebih lagi.

Dampak Puasa yang Bisa Mengubah Komposisi Tubuhmu

Sebuah penelitian yang telah dipublikasikan di "Journal of Human Nutrition and Dietetics" mencoba menghubungkan puasa Ramadan dengan komposisi tubuh dan berat badan. Dalam penelitian yang dilakukan di Iran ini, peneliti menggunakan 240 subjek dewasa (berusia 17-80 tahun) yang berpuasa setidaknya selama 20 hari. 

Data yang dikumpulkan berupa berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang lingkar pinggul, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan komposisi tubuh (berupa massa lemak, massa bukan lemak (fat free mass) dan presentase lemak tubuh). Selain itu, energi dan asupan makronutrien juga dihitung menggunakan 3 hari- FFQ (Food Frequency Questionnaire) antara sebelum (seminggu sebelum puasa) dan selama Ramadan.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa hampir disebagian besar subjek mengalami penurunan berat badan dan IMT yang signifikan, terutama pada subjek laki-laki. Hal yang serupa juga terjadi pada massa lemak. Penurunan yang terjadi pada massa lemak berkisar antara 2,3 sampai 4,3 persen, tetapi tidak terlalu signifikan pada wanita usia 36-70 tahun. Tidak jauh berbeda dengan lingkar pinggang dan pinggul yang tidak terlalu signifikan juga pada wanita usia 36-70 tahun.

Massa bebas lemak diketahui menurun di semua subjek. Penurunan persentase lemak yang signifikan hanya terjadi pada subjek laki-laki. Untuk asupan, tidak ada perbedaan antara sebelum dan selama puasa. Hanya saja, asupan protein pada laki-laki menurun selama puasa. Kedepannya penelitian mengenai asupan makan selama bulan Ramadan dibutuhkan, karena dalam penelitian ini besar sampel yang digunakan termasuk kecil/sedikit.

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa puasa ramadan berkontribusi dalam penurunan berat badan dan pengurangan massa bebas lemak. Perubahan komposisi tubuh selama puasa bervariasi, tergantung dari usia dan jenis kelamin. Lebih lengkapnya, jurnal bisa unduh disini

Menarik nggak? Ternyata puasa dampaknya bisa berbeda antar wanita dan laki-laki, antara yang muda dan tua.

Penelitian ini Mengungkapkan Bahwa Puasa Ternyata...

Penelitian selanjutnya datang dari Indonesia, yang mana salah satu peneliti merupakan salah satu penulis kompasiana bernama dokter Ari Fahrial Syam. Penelitian ini telah dipublikasikan di 'International Journal of Endocrinology and Metabolism', 2016 lalu.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengevaluasi komposisi tubuh selama Ramadan pada staf medis yang sehat. Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi longitudinal, yang dilakukan selama dan setelah puasa Ramadan pada tahun 2013 (Agustus -Oktober). Besar sampel yang terlibat sebanyak 43 staf medis (dokter,perawat dan ahli gizi) di Bangsal Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Adapun yang diukur dalam penelitian ini adalah asupan kalori, berat badan, indeks masa tubuh, rasio lingkar pinggang-pinggul (WHR), dan komposisi tubuh (lemak tubuh, protein, mineral dan air). Pengukuran ini dilakukan pada hari pertama dan 28 Ramadan serta 4-5 minggu setelah puasa.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pada hari ke 28 Ramadan diketahui berat badan, IMT, lemak tubuh, air dan mineral berkurang secara signifikan. Sedangkan pada massa protein tubuh dan asupan kalori tidak berubah secara signifikan. Setelah 4-5 minggu berpuasa, berat badan dan komposisi tubuh kembali pada tingkat yang sama seperti pada hari pertama puasa.

Dari hasil tersebut, simpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah puasa ramadan menyebabkan penurunan berat badan tetapi sifatnya sementara. Hal ini karena berat badan dapat kembali ke semula dengan cepat dalam satu bulan setelah puasa. Katabolisme (proses pemecahan molekul besar menjadi molekul kecil yang lebih sederhana) terkait protein selama puasa tidak terjadi. 

Yang dapat diartikan bahwa puasa menurunkan massa lemak tetapi tidak akan membuatmu kehilangan massa protein, otot! Perlu diperhatikan juga, bahwa penurunan berat badan selama puasa sifatnya sementara. Jadi dari sini harapannya setelah puasa kamu harus tetap menjaga pola makan dan aktivitas fisik untuk mencegahnya kembali naik.

***

Tidak perlu bingung dengan hasil yang bervariasi tersebut. Hasil penelitian yang berbeda-beda disebabkan oleh banyak faktor seperti iklim, budaya dan status sosiodemografis. Dari waktu puasa yang bervariasi lamanya dari tiap negara pun bisa jadi faktor pembeda.

Bukan bermaksud meragukanmu soal puasa, namun dari penelitian yang sudah dilakukan ini kamu seharusnya makin percaya. Bahwa sebaik-baiknya pembuat keputusan adalah hanya Allah SWT, yang bukan hanya mewajibkan puasa untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya, juga ternyata membuat kita menjadi lebih sehat dengan perintah-Nya.

Semoga kesehatan selalu menyertai kita semua.

AMIN

Salam, 

Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun