Saya tidak pernah menyesal belum mencicipi apa yang beken disebut Sahur On The Road (SOTR), apalagi kalau....
Sampai saat ini saya tidak bisa menceritakan bagaimana rasanya sahur on the road, karena saya belum satu kalipun melakukannya. Ya, paling-paling sebatas menontonnya di televisi atau kalau sekarang bisa pantau lewat youtube. Pernah suatu waktu ingin merasakannya di dunia nyata, yang ada langsung dimarahin sama Bapak. Hehe. Maklum, anak perempuan kali,ya. Ngapain jam-jam sahur malah ngeluyur.
Awalnya saya mengira bahwa sahur on the road itu berarti melakukan sahur di jalan. Tapi ternyata tidak melulu begitu, toh. Memang lokasi utamanya ada di jalanan, tetapi bukan untuk sebatas makan sahur , bisa juga berkegiatan lain seperti memberi makan pada orang-orang yang ditemui di jalanan, siapa saja. Ada tukang becak, pemulung, macam-macam. Mereka yang menjadikan jalanan juga sebagai rumah? Maybe. Sepertinya memang benar-benar random, jadi belum tentu juga yang mendapatkan makan tersebut tidak mampu untuk membeli.
Salut, pasti. Apalagi mereka yang melakukan sahur on the road model begini berarti memiliki rasa kepedulian dengan sekitarnya. Harapan untuk membantu mereka yang mungkin memang tak memiliki makanan untuk dimakan di waktu sahur, barang kali. Apalagi di Bulan Ramadan semua kebaikan akan dilipatkan pahalanya, membuat orang saling berlomba-lomba dalam rangka berbuat baik.
Orang yang memberi dan menerima, pasti sama-sama senang, bisa membantu dan karena dibantu. Andai semua kisah Sahur on the Road bisa begini, tentu akan selalu berakhir bahagia. Tidak ada yang dirugikan, semua bisa mendapat keberkahannya.
Sayang,Tak Semua Menjadi Indah...
Sayangnya, tidak semua SOTR punya cerita inspiratif macam itu. Tujuannya yang semula mulia ternyata bisa juga melenceng cukup jauh. Yang diharapkan bisa membantu, walau sebatas membangunkan sahur, misalnya. Justru membuat resah warga yang ada.
Ya, baru saja sahur on the road menjadi berita. Berita yang membuat geleng-geleng kepala siapapun yang membaca. Bayangkan bukannya berlomba-lomba mencari pahala, justru beberapa pemuda berlomba-lomba mencari keributan. Kemarin hari minggu misalnya, sudah ada kejadian mengenai tawuran ketika sahur on the road di Jaksel. Berita lengkap disini.
Bahkan yang miris, di hari yang sama (Minggu, 3/6) juga terjadi penganiyayaan saat SOTR (berita disini) Singkat cerita, ada seeorang yang berniat menegur para pemuda yang tengah berkumpul di pinggir jalan , tetapi justru mendapat balasan yang cukup mengerikan yaitu dengan disiram air keras. Kejadian yang tidak main-main dan membuat korban harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Kalau begini ceritanya, apa masih pantas melabeli dirinya (atau sekelomponya) sedang sahur on the road? Masa dinasehati, malah menyakiti. Disenggol dikit, langsung ajak tawuran. Hadeuh.
Ada Baiknya Memang Cukup di Rumah