Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Jadi Merugi karena Nggak Punya Hobi

5 Mei 2018   10:48 Diperbarui: 5 Mei 2018   10:56 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kutipan yang saya sukai dari Pak Ridwan Kamil. Kata beliau yang ini; pekerjaan paling menyenangkan di dunia adalah hobi yang dibayar. Ah, saya sepakat, Pak.

Apa kamu juga iya?

Mengenang Masa Kecil dan Hobi-hobi yang Bertebaran

Dulu, saya ingat sekali. Sewaktu jaman masih sekolah dasar, saya memiliki beberapa buku diary. Bukan hanya saya saja, bahkan mungkin telah menjadi tren di kalangan perempuan seusia kami. Saya juga ingat yang saya punyai mulai dari buku bersampul kuning hingga pink, dari yang bergembok sampai ber-password manual dengan kombinasi angka tertentu. Iya, walaupun warna dan cara membukanya berbeda, ada yang sebenarnya sama saja. Isinya. #ketahuanyaanakjamankapan

Curhatan receh, jelas ada. Sampai yang saat ini mungkin dianggap kurang kerjaan yaitu mencatat biodata teman-teman. Satu per satu, mengisinya bisa dengan cara  berpindah dari bangku ke bangku atau memilih beberapa orang tertentu. Ada nama, ada  tempat tanggal lahir, makan minuman favorit, motto hidup dan tak lupa hobi. Beruntung sih di jaman diary merajalela, istilah "kepo deh!" belum ditemukan. HAHA.

Fokus pada bahasan hobi , saya memang tidak ingat sepenuhnya soal tiap-tiap hobi yang teman-teman saya tuliskan, sebabnya bukan cuma karena sudah lama tidak saya baca lagi tetapi juga karena hobi yang dituliskan beragam. Membaca, jadi yang paling banyak ditulis rasanya. Entah agar terlihat pintar,keren atau ikut-ikutan lembar sebelumnya. Uups.

Dari buku diari itulah saya kemudian mengambil simpulan, yang terbawa-bawa sampai sekarang, bahwa saya percaya bahwa setiap orang pasti memiliki hobi. Hobi yang memang tidak harus sama, yang tidak harus melulu hanya baca. Ya khan?

Semoga saja, memang benar.

Bayaran itu Cuma Bonus, Kepuasan Tetap yang Utama!

Seiring berjalannya waktu, hobi yang kita miliki bisa berganti atau tetap sama sebab disitulah passion kita.

Akhir-akhir ini saya juga baru menyadari soal hobi saya sendiri. Hobi yang ternyata  juga cukup berdampak pada kehidupan saya pribadi baik  itu dilihat dari segi sosial sampai finansial. HIHI. Mereka---maksudnya hobi- adalah menulis dan menari. Dua hobi yang saya rasa membuat waktu yang saya miliki jadi lebih berfaedah. Entah kok bisa kebetulan  keduanya juga punya kesamaan, sama-sama punya kata dasar berawalan "T" #apasih.

Jika hobi menari sudah saya kenal sejak masih usia dini, hobi menulis baru saya temukan secara tidak sengaja yaitu semenjak bergabung disini. Ya, saya beneran tidak menyangka, jika terjerumus di tempat bernama "kompasiana" ternyata bisa menumbuhkan hobi baru yang membuat jatuh cinta.

Kalau dilihat dari profil, maka boleh dibilang sejak akhir 2014-lah saya mendapat pencerahan , kemudian setelah tulisan pertama saya lahir saya seperti baru diberi kepercayaan. HAHA. Hingga waktu demi waktu, seiring saya berproses disini, saya jadi yakin untuk bisa menyebutnya menjadi bagian dari hobi. Hobi yang menyenangkan jika dijalankan, sekaligus menyesakkan jika ditinggalkan berlama-lama.

Tuhan memang sebaik-baiknya pembuat rencana, ketika saya tidak punya niat apa-apa disini, ternyata Tuhan punya. Mempertemukan saya pada hobi yang awalnya terasa "apa iya,bisa?'.

Bisa menjadikan menulis sebagai hobi saja sudah menyenangkan. Apalagi ketika saya mendapatkan bonus lain, seperti dibayar. Awalnya saya sendiri juga tidak percaya tetapi setelah hal itu saya alami sendiri, ternyata memang benar adanya. Tulisan saya ternyata laku juga, ditawar!

 Penawaran yang pernah datang pun beragam, mulai dari 10ribu per 300 kata (Rp 33,3/kata), 70 ribu rupiah per 700 kata (Rp100/1 kata) sampai saya bebas menentukan di rentang  berapa dan itu justru mbingungi. Yang cukup unik ada juga yang hanya ingin menitip link saja di tulisan saya, per link 10 ribu. Entah apa yang membuat tulisan saya begitu memikat mereka, karena saya akui tulisan saya isinya kebanyakan cengengesannya. HEHE.

Kelihatannya memang lumayan, bisa menulis sambal menghasilkan uang. Tetapi bagi saya sendiri, menulis itu nggak gampang, bukan cuma sekadar salin lalu tempel. Untuk itulah, saya tidak mau jika memaksakan mengambil tawaran, apalagi jika harus menulis sesuatu yang menentang prinsip #halahgayamu. HAHA.Saya mencoba paham bahwa ada yang lebih penting yang dihasilkan hobi selain uang yaitu kepuasaan batin. Jika ditanya mana tulisan yang paling mahal yang pernah saya buat, tulisan itu adalah yang nominal saja tidak bisa mengukurnya, cuma-cuma, gratisss! Katanya sesuatu yang berharga itu tidak bisa dinilai harganya kan?

Tulisan memang bisa menghasilkan uang, tetapi ada uang tidak selalu membuat saya mau menulisnya.

Keren gak tuh?

Pun dengan hobi satunya, menari. Dulu semasa kecil, saya cuma anak yang sedang belajar menari dan mencoba berani tampil dari panggung ke panggung. Panggung tujuh belasan dan tampil dengan cuma-cuma yang penting bahagia.Hingga sampai hari ini, saya juga masih jadi orang yang sedang belajar, yang tahu-tahu mendapat kesempatan untuk tampil dan alhamdulilah dibayar. Dibayar yang bayaran yang digunakan untuk membayar sewa kostum dan mengisi kekurangan senjata (alat make up). Sisa berapa itu? sisanya bahagia-bahagia dan bahagia. HAHA. Untuk seorang yang bukan penari profesional, sudah lumayan-lah.

Kepada dua hobi tersebut saya berterima kasih. 

"Hobi saya apa,ya?"

Jangan terlalu lama bertanya dengan diri sendiri. Hobi itu seperti kebahagiaan, kita sendiri yang buat. Saya kira bukannya belum punya hobi kamu bertanya demikian, tetapi kamu hanya belum sadar soal hobimu.Jangan-jangan itu menyanyi atau malah mendesain sesuatu? Membuat video atau berfoto? Memasak,menulis atau...plis, jangan paksa saya untuk mendikte bermacam-macam hobi,ya.

Jangan merugi karena nggak punya hobi karena ingat lagi deh kata Pak Ridwan Kamil. 

Hobimu bisa jadi pekerjaanmu!Apapun hobinya, carilah yang bermanfaat bukan hanya untuk dirimu syukur-syukur juga orang lain ikut terdampak positifnya. 

Salam,

Listhia H Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun