Masa itu tiba juga, masa dimana satu-persatu mulai tak lagi membagi undangan ulang tahunnya, melainkan undangan yang datang dengan bersolek tali pita, diikat cantik dengan dua nama,berpasangan. Undangan pernikahan.
**
Antara percaya dan tidak menyangka, sebab yang saya tahu perjalanan cintamu tak pernah tercium baunya. Namun, itu jelas bukan jadi tanda mutlak bahwa kamu akan menikah masih nanti-nanti. Sebab justru dalam diammu ternyata tersimpan banyak doa. Doa-doa yang membuat si dia makin mendekat. Dia yang dikirim Tuhan untuk menjadikanmu jodohnya.
Padahal sepertinya baru kemarin, kamu pernah mengeluhkan "Kapan jodohku datang?". Baru kemarin rasanya mendengarkan "Aku ingin menikah..tapi dengan siapa?"
Tuhan menjawabnya. Kamu memang cuma butuh waktu dan kesabaran. Mungkin kami yang lain, termasuk saya juga harus begitu.
**
Setiap kali kamu bercerita tentang bagaimana dia yang kau tunggu itu bisa ada dalam hidupmu dan membawa cinta, dari tatapan matamu saya juga terasa. Iri, tentu tidak akan. Bahagia, jelas iya. Akhirnya, salah satu impianmu segera terwujudkan juga.Membawa dia bertemu dengan ayah ibumu , membawanya untuk mengungkapkan keseriusan memilikmu. Dan tentu, lalu membuktikannya di depan penghulu. Sah!
Kami, sahabatmu juga ikut terharu.
**
Peluklah.
Peluk kami satu-satu. Tidak akan banyak berubah dari kami sahabatmu. Pun harapan kami, semoga diperjalanan kehidupan yang tak lagi sendiri,kau tak lalu berusaha untuk melupakan kami, satu-per satu.