Percayalah, semua tidak seperti yang kamu pikirkan.
Teringat perkataan seorang teman. Entah ini bisa dikatakan termasuk bentuk pujian atau sindirian, atau memang dua-duanya. Kata-katanya yang menyatakan bahwa saya ini termasuk yang rajin menulis. Padahal saya menilai sebaliknya. Saya masih belum memenuhi untuk mendapat sebutan rajin. Ya, Hari ini saya malah jadi malu sendiri (dan sedih) mengingat kata-katanya. #halah
Sebuah Curhat
Ngomong-ngomong dan perasaan, lama sekali rasanya saya tidak nyampah (berfaedah) alias curhat di tulisan. Mumpung ada waktu, saya ingin melakukannya lagi, boleh ya? Hihi. Bukan cinta-cintaan karena ini belum malam minggu, juga bukan cerita berhantu meski ini malam jumat. Curhat soal keresahan saya sendiri dalam dunia tulis menulis seperti yang sudah dijelaskan di kalimat pembuka tadi.
Hari kemarin, tanggal 17 Januari, saya baru sempat untuk menulis lagi. Setelah 12 hari (hampir dua minggu,booo) berlalu karena diketahui tulisan terakhir saya ada ditanggal 5 Januari. Bayangkan diwaktu 12 hari tersebut saya tidak menghasilkan apa-apa. Duh. Aku ngopo wae ya?
Kalau diingat-ingat, saya juga heran sendiri dan merasa hari-hari saya kok jadi tidak produktif. Padahal hari-hari ini saya juga tidak disibukan dengan tugas dan kegiatan kuliah karena masih libur semester sampai awal bulan februari. Pun tidak ada kegiatan yang memakan waktu banyak, yang membuat saya harus begadang sampai dini hari,misalnya. Bisa dikatakan, hari-hari saya saat ini seharusnya (atau sebenarnya) banyak luangnya, namun kenapa ya saya tidak bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya walau sekadar membuat draft judul saja. Ah, Iya ternyata...
Menunda yang Sering Mengalahkan Saya
Ada yang harus saya akui. Ternyata kesalahan terbesar saya selama tidak menghasilkan tulisan selama ini adalah menunda.Ya, menunda. Berharap pada hari esok, esoknya lagi dan tidak pernah terjadi. Pernah gitu juga gak sih,kamu?
Menunda masih jadi monster yang harus saya taklukan (mungkin juga jadi monstermu ?). Apalagi yang ditawarkan menunda diawalnya memang menyenangkan dan membuat terlena. Bayangkan dengan menunda kamu tidak perlu memikirkan apa-apa dan kamu boleh melakukan hal-hal yang bisa membuang waktumu tidak terasa tanpa apa-apa. Tapi tidak setelahnya, ternyata menunda membawa sengsara, membuat saya kepikiran, "Kapan saya nulisnya?". Hihi,keluar deh lebaynya,MbakLis.
Kemudian yang Terjadi Menyakitkan, Sakit Tak Berdarah
Menunda jugalah yang membuat saya jadi harus terima konsekuensi yang menyakitkan. Sakit tapi tak berdarah. Barangkali istilah itu bisa jadi penggambaran yang pas untuk mewakili kondisi dimana sudah lama menunda lalu ingin menulis lagi, tapi bingung harus mulai dari mana. Ada ketakutan yang kemudian membayangi, seperti "Apakah saya masih bisa menulis lagi?" Apa kamu juga pernah merasakan hal yang sama ketika menghadapi kondisi seperti ini?