Lagi, soal "tertawa". Setelah kemarin membahas tawa di "Merugilah Bagi Kamu yang Melewatkan Tertawa Meski Hanya Sehari", saya masih menyimpan "keajaiban" lainnya . Yang juga asyik jika dibahas, dan membuat pandanganmu tentang tawa jadi makin berkembang, atau malah tercengang?
Tertawa jadi bahan penelitian lho
Sampai tulisan ini saya buat. Saya belum mencari, apa di Indonesia sudah pernah ada yang lakukan penelitian soal tawa ini. Namun, yang sudah pasti pernah adalah peneliti di luar negeri.
Mulanya saya pun jadi terheran, mengapa mereka kepikiran menjadikan "tawa" jadi suatu bahan yang diteliti ya? Bukankah tawa hanya soal ber-hahahihi? Apa karena mereka kurang kerjaan?
Bukan kurang kerjaan, justru mereka membuat kita makin paham
Sebelum menuduh mereka kurang gawean. Ada yang harus kalian tahu, bahwa karena penelitian mereka lah kita makin mengerti bahwa..
Otak Kita Tidak Tertipu oleh Tawa yang Palsu
Kalau alamat palsu, kak? Itu Ayu ting-ting, dik.
Cinta Palsu, kak? Itu kisah cintamu, ya khaan?
Kabar ini datang dari peneliti dari Royal Holloway, University of London yang menemukan bahwa ada perbedaan yang jelas antara bagaimana otak kita menanggapi tawa asli dan tawa palsu.
Selain itu diketahui pula bahwa otak kita tidak hanya bisa membedakan antara dua jenis tawa, namun juga mencoba mencari tahu mengapa tertawa palsu atau pura-pura itu tidak asli.
Mungkin kamu pernah alami kejadian seperti ini. Saat kamu melucu di depan temanmu, tapi ternyata temanmu tak menganggapmu lucu dan mencoba membahagiakanmu dengan tertawa.
Kamu malah jadi tersingung sendiri,