Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Arya Hanya Satu dari Sekian Banyak Problem Gizi Indonesia

18 Juli 2016   20:11 Diperbarui: 10 Januari 2019   15:50 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

D(iet)

Ilustrasi: detik.com
Ilustrasi: detik.com
Dari inforgrafis yang didapat dari detik.com, diet terdahulu yang dilakukan Arya memang menjadi faktor utama penyumbang obesitas ekstremnya. Dalam sehari, Arya dapat menghabiskan:
  • Makan sebanyak 5 kali makan (belum termasuk camilan dan buah-buahan)
  • Pisang satu sisir (@1 pisang dalam ukuran sedang: 105 kalori)
  • Minum 20 sirup dalam gelas kemasan (@minuman kemasan: 116 kalori)
  • Mi instan 2 bungkus (@mi instan: 330 kalori)
  • Lebih memilih makan ayam dan daging merah dibandingkan sayur

Misal, Arya menghabiskan 8 buah pisang + 10 minuman kemasan + 2 bungkus mi saja, total sudah 2660 kalori. Bagaimana jika dihitung bersama makan besar dan konsumsi dagingnya? Estimasi bisa lebih dari 3000 kalori mungkin diasupnya. Padahal rerata asupan kalori sehari orang dewasa adalah 2000-an saja. Dan ini dilakukan berkepanjangan.

Seperti kita tahu, obesitas terjadi akibat pemasukan yang lebih daripada yang dikeluarkan. Begitulah yang terjadi pada anak Arya. Asupannya yang berlebihan dengan aktivitas fisik yang juga kurang. Belum lagi jika ada faktor genetik. Dalam sebagian kecil kasus obesitas, faktor hormonal bisa jadi penyebabnya.

Catatan:
Kebanyakan dari kita ketika membahas status gizi akan langsung dikaitkan dengan asupan zat gizi. Ya, memang faktor asupan gizi memang jadi penyebab langsung. Namun, ada juga faktor lain yang tak boleh diabaikan seperti infeksi penyakit. Beberapa penyebab tak langsung yang juga mempengaruhi status gizi adalah seperti ketersediaan pangan di rumah tangga, asuhan ibu dan anak juga pelayanan kesehatan.

Dampak Obesitas di Kalangan Anak-anak

Arya tidak sendiri. Banyak anak-anak lain yang juga mengalami obesitas (meski memang tak separah yang dialaminya). Walaupun begitu, tetap saja obesitas adalah masalah gizi yang harus ditangani. 

Anak-anak yang obesitas berisiko mengalami kondisi seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, masalah tulang, gangguan tidur dan masalah sosial (kurang percaya diri). Pada populasi usia 5-17 tahun, 70 persen dari anak/remaja obese setidaknya memiliki minimal satu faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular. 

Double Burden Indonesia

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan Indonesia khususnya dalam bidang kesehatan. Seperti masalah beban gizi ganda (double burden) yang dihadapi saat ini. 

Beban ganda dimana kekurangan gizi kronis masih ada, dan disisi lain masalah gizi lebih seperti yang dihadapi anak Arya juga terjadi. Dampak dari masalah beban gizi ganda ini bukan hanya merugikan individu saja, melainkan juga di tingkat negara. Ya, Kasus obesitas pada Arya hanya salah satu contoh potret gizi Indonesia.

Semangat Dik Arya! Semangat Membangun Indonesia Lebih Baik!

Salam,
Listhia H Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun