Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Borborygmi, “Nada Dering” dari Perutmu

8 Februari 2016   14:49 Diperbarui: 8 Februari 2016   17:37 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="www.theguardian.com"][/caption]

Saya termasuk orang yang paling was-was ketika tidak makan sama sekali menjelang ujian. Terlebih jika ujian tersebut dilaksanakan di pagi hari. Ya, saya selalu mengusahakan untuk memakan sesuatu entah itu hanya secuil biskuit agar tidak membiarkan perut kosong. Alasannya? Saya khawatir jika di tengah-tengah saya ujian dan sedang fokus berpikir tiba-tiba “nada dering” saya berbunyi. Nada dering yang bersumber dari perut saya sendiri. Terlebih suasana ujian yang hening membuat suara itu bertambah volumenya dan membuat kita merasa bahwa seluruh orang di ruangan itu bisa mendengarkannya dengan jelas. Ups, itu adalah momen yang memalukan, mungkin juga pernah dirasakan oleh sebagian besar orang. Pernah punya pengalaman yang hampir sama?

Keroncongan, begitulah kita mengistilahkan kejadian atas perut berbunyi ini. Suara yang timbul dari perut saat kita merasa lapar. Namun, terkadang suara itu juga bisa muncul kapan saja, bahkan ketika kita tidak merasa lapar sekalipun. Dalam istilah ilmiah, keroncongan disebut dengan Borborygmi (dibaca BOR-boh-RIG-mee).

Bukan Hanya Soal Lapar

Ada banyak faktor yang menyebabkan perut kita membuat "nada dering". Beberapa diantaranya adalah kelaparan, pencernaan yang tidak sempurna, konsumsi tinggi serat dan karbohidrat serta metabolisme yang terlalu cepat. Namun, kebanyakan dari kita sering menyimpulkan bunyi "nada dering" keroncongan itu pada kondisi kelaparan. Memang tidak salah, karena pada kondisi kelaparan terjadi fluktuasi hormon tertentu yang memberikan sinyal pada otak sebagai tanda waktunya makan. Sinyal-sinyal tersebut kemudian menstimulus hormon lain untuk merangsang sekresi asam lambung dan pergerakan otot di dinding perut yang kemudian menimbulkan bunyi akibat kondisi perut yang kosong. Bunyi ini akan cenderung meningkat setelah perut kosong hampir dua jam.Untuk meredamnya, segeralah makan karena pada posisi ini perut akan terisi. 

Selain kelaparan, saat proses mencerna makanan pun ternyata bisa terjadi. Mekanisme sederhananya adalah adanya gas yang masuk dan gas yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus yang ikut tercerna bersama cairan akan tercampur. Pencampuran ini yang kemudian dapat membuat perut mengeluarkan suara seperti gemuruh. Bunyi ini biasanya bisa timbul setelah selesai makan.

Intinya, suara gemuruh dari perut bisa terjadi akibat adanya gas yang bergerak didalam usus. Gas ini bisa muncul akibat kita menelan udara atau dari produksi gas oleh bakteri dalam usus. Oleh karena proses itu, terbentuklah campuran antara makanan yang sudah dicerna, cairan dan gas. Adanya gas inilah yang sering menyebabkan perut kita berbunyi.

Atasi dengan Cara Ini

Makan adalah cara untuk mengurangi bunyi-bunyian dari perut ini. Namun, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Batasi makanan yang mengandung tinggi serat dan karbohidrat seperti produk susu, sayuran dan buah yang memicu timbulnya gas (contoh : kubis,brokoli,apel,pir)

2. Batasi minuman beralkohol, kopi (minuman yang mengandung kafein) dan juga minuman berkarbonat. Pemanis buatan dapat menstimulasi timbulnya gas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun