Akhir-akhir ini lebih sering mampir di catatan harian dan ngebahas hal-hal yang ringan. Sebelum semester enam yang mulai tercium baunya merengek minta diselesaikan, tugas-tugasnya. Nanti kalau udah greget lagi tulisan tentang kesehatan , tentang dunia yang saya jalani sekarang ini akan saya buat lagi kok. hihi.
Nah, kali ini akan menindaklanjuti tulisan catatan harian yang beberapa hari yang lalu baru saya tulis “Jadi Begini Rasanya Jadi, Tante!”. Ternyata ada yang perlu dibahas dan jadi pikiran , satu hal lain yang cukup kontroversi dikalangan usia 20 tahunan dan terjadi pula pada sebagain besar teman-teman saya sendiri. Menikah.
Melihat komentar-komentar yang nyangkut disana juga, ada beberapa yang nempel banget di ingatan. Komentar yang rasanya “nyindir” halus. Silakan ngaku bagi yang merasa nanya hal itu. Hayoo..semacam ini “Terus, tantenya nyusul kapan?’. Pertanyaan ini sama dengan kalimat yang sering menghujam ketika kumpul keluarga besar waktu lebaran atau acara besar, gak jauh berbeda dengan rasanya ditanya : “Kapan nikah?”. Rasa-rasanya sama cuma dimodifikasi saja kalimatnya, buat variasi kali yah.
Entah aturan tersebut siapa yang membuatnya, pertanyaan semacam itu sering hadir disaat momen kumpul bersama. Bayangkan bagaimana rasanya di hujani pertanyaan itu didepan banyak pasang mata. Rasanya pengen banget pertanyaan itu dihanyutkan saja. Okelah kalau yang sudah punya calon , tapi... Ngenes , kalau belum punya calon alias “terlalu asik sendiri”, pada kalangan jomblo. Dan barangkali langsung buat status dengan hastag #disitukadangsayamerasasedih *puk-puk*
Berita baiknya , pertanyaan-pertanyaan seperti itu, rasanya akan segera pindah haluan kepada saya tahun ini. Karena kakak perempuan sudah menikah. (Ya masa ditanya “kapan nikah” lagi.) Saya tahu bahwa pertanyaan ini bukan todongan untuk menikah cepat-cepat.Lagian saya sendiri juga masih duapuluhan awal, masih mengejar cita-cita #ciee. Ambil baiknya aja, bahan bercandaan yang rasanya nyesek dan jleb-jleb. Hal ini mungkin yang dirasakan kakak perempuan ketika dulu sebelum menikah, bertubi-tubi dari mulut ke mulut dengan pertanyaan yang serupa berinti “Menikah”.
Bicara menikah , tak banyak yang saya tahu secara rinci. Karena saya sendiri belum menikah. hehe. Tapi ada yang cukup menarik yang ingin saya bagikan nih terkait isu pernikahan di usia duapuluhan dan sering melanda mahasiswa disaat tugas-tugas kuliah mulai datang melamar silih berganti dan tidak ingin diceraikan alias tugas yang datang tiada hentinya. Contohnya saja pada semester 5 yang lalu, saya pernah menemukan gambar DP teman-teman yang cukup menggelikan. Kalau engga salah bunyinya seperti ini
“Selamat Anda memasuki semester dimana Anda menyerah dan ingin nikah saja”.
Apa dengan nikah tugas kuliah kita bener-bener, usai? berikut jawabannya..
Menikah Bukan Soal Aku dan Kamu
Melihat pernikahan kakak perempuan setahun yang lalu, ada catatan penting yang saya dapatkan. Bahwa perihal menikah bukanlah soal dua orang saja, aku dan kamu. Ada hal yang harus diperhatikan juga , dengan menikah berarti ada dua keluarga yang dipersatukan. Jadi, kalau menikah bukan cuma kekasih aja yang perlu dicinta dan disayangi, begitupun keluarganya.
Menikah , barangkali adalah nama lain dari persatuan dua keluarga. Jadi kalau kamu udah punya calon nih, pastikan berhubungan baik jugalah pada keluarganya alias mertua. Buatlah kesan menjadi menantu yang baik. Oya, itu bisa jadi menjadi pertanda bahwa hubungan yang dibuat telah benar-benar serius. Kan kalau udah kenal bapak ibunya, kalau dianya nakal bisa juga buat jadi bahan laporan. wkwk
Daripada Sibuk Mencari, Pantaskan Saja Dirimu!
Buat yang jomblo eh yang “terlalu asik sendiri” (kelihatannya lebih elegan),tidak perlulah untuk bermuram durja dan bersemedi didalam goa. #eh Memang soal jodoh hanya Tuhanlah yang tahu- dan kita harus tetap berusaha untuk menemukan “kepingan tulang rusuk ini milik siapa?”.
Yah, terlalu galau memikirkan juga tidak baik jadi mending perbaikilah diri sendiri terlebih dahulu, memantaskan diri sebelum dipantaskan. Yakin aja bahwa dibelahan bumi yang lain ada seseorang yang sedang berusaha memantaskan dirinya sebelum kalian akan benar-benar dipertemukan. Saya sendiri adalah pemaham “Semua Akan Indah Pada Waktunya”. #eciee
Santai, Semua Akan Nikah Pada Waktunya!
“Haa Santai? Kamu bilang Santai??”
Hehe, yaaa meredamkan rasa kegalauan sih. Tapi saya sendiri percaya bahwa seseorang yang terlahir didunia ini, terlahir sepasang. Ada pasangannya. Cuma soal waktu dan Tuhan tahu kapan , dimana , bagaimana, seperti apa dan siapa yang akan menjadi pacar dunia akhirat masing-masing makhluknya
Kalau kamu masih kuliah dan masih "asik sendiri" juga
Segera selesaikan jangan hanya bicara soal nikah. Lha ini bicara soal nikah ya. hehe Banyak cita-cita yang menunggu untuk diwujudkan daripada terus menerus dilanda rasa galau akibat tugas dan pelampiasan rasa ingin nikah saja. Hihi. Doakan penulisnya #kodekeras
Tips paling Pamungkas
Cara ampuh ketika kalian di todong kalimat pertanyaan “Kapan Nikah?”, jawab aja “Jangan tanya-tanya terus dong, lebih baik cariin jodohnya syukur-syukur modalin nikahnya.. ” pastikan sudah latihan lari setiap hari, buat kabur.
***
Menikah adalah suatu moment yang sakral dimana sepasang manusia dan dua keluarga yang menyatu. Semoga yang sudah ketemu Jodohnya bisa langgeng dan sakinah mawadahh warohmah dan yang belum dapat jodoh segera dimudahkan jalan dalam pencariannya.Amini doa ini ya ^_^
Salam hangat,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H