[caption id="attachment_331290" align="aligncenter" width="576" caption="Prof Drs. H. Muhammad Natsir, M.Si., Akt, Ph.D dengan topi merahnya bersama Pembantu Rektor 1 Prof Dr dr Hertanto Wahyu Subagio MS Sp GK(kiri) dan Rektor UNDIP Prof. Sudharto P Hadi, MES, PhD (sebelah kanan)"][/caption]
Malam ini memang tidak ada hujan deras di Semarang tapi banjir terjadi. Tentu bukan banjir air tapi banjir status “ucapan” melanda teman-teman BBM dan facebook . Semua tertuju dan berinti pada satu nama “Prof Drs. H.Muhammad Nasir, M.Si., Akt, Ph.D”. Siapakah dia? Ya, salah satu nama yang disebut Pak Jokowi di Halaman Istana Merdeka tadi sore. Beliau yang dipercaya Pak Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti) dalam kabinetnya.
[caption id="attachment_331292" align="aligncenter" width="499" caption="screenshoot/status facebook Universitas Diponegoro yang dibanjiri "]
Singkat cerita beliau yang terlahir pada 54 tahun yang lalu tepatnya tanggal 27 Juni 1960 di sebuah kota di Jawa Timur, Ngawi. Pendidikan S1 beliau tempuh di UNDIP lalu melanjutkan magister di UGM .Kemudian Gelar PhD dari University of Science Malaysia.
Ucapan selamat tak hanya sebagai bentuk keberhasilannya sebagai menteri namun rasa bangga mahasiswa UNDIP terhadap beliau. Disini beliau pernah tercatat sebagai Dekan di Fakultas Ekonomi. Namun ada hal yang membuat lebih “grenngg” adalah karena pada pemilihan rektor pada bulan September lalu juga memutuskan beliau sebagai rektor (terpilih) UNDIP yang akan menjabat pada periode 2014-2018 menggantikan rektor sebelumnya, Bapak Sudharto P. Hadi. Rencananya beliau baru akan dilantik pada 18 Desember 2014.
Jadi ingat , usai pemilihan rektor beliau pernah berkata "UNDIP harus menegaskan diri sebagai universitas riset,". Ternyata sekarang bukan hanya untuk UNDIP saja, melainkan untuk semua perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Siapa mahasiswa UNDIP yang tidak merasa bangga atas pencapaian beliau sebagai menteri? Meski pada akhirnya sekarang kami akan dihadapi kebingungan untuk memilih rektor baru (lagi) dan pertanyaan yang kini dibiarkan untuk bertanya sendiri dalam pikiran : “lalu, siapa yang akan menjadi rektor kami?”. Jauh dari itu semua :Saya sangat bangga, Prof. lebih bangga ..bangga sekali.
Percayalah, Tuhan tidak akan salah memberikan sebuah amanah . Tugas bapak sebagai menteri tidaklah mudah. Saya sebagai mahasiswa UNDIP dan tercatat pula sebagai masyarakan Indonesia akan senantiasa selalu mendoakan bapak agar bisa menjaga amanah yang telah diberi dan dapat menjadikan Indonesia lebih baik lagi. Doaku menyertaimu, Prof.
Selamat berjuang – selamat bekerja.
Jangan lupakan almamater
UNDIP JAYA, UNDIP JAYA, UNDIP JAYA !
Indonesia membutuhkanmu,
(Bakal) Rektor kami, kini milik kita, Indonesia.
Salam hangat,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H