Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hari Ini Dimuat Koran Kompas, Mau Tahu Caranya?

13 Januari 2015   23:03 Diperbarui: 7 Agustus 2020   09:38 2900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Selasa adalah hari yang paling saya tunggu, selain Sabtu dan Minggu. Kenapa? Karena seperti pernah saya ceritakan sebelumnya, yaitu ada rutinitas menulis di media cetak pada salah satu kolom Kompas dan biasanya akan muncul di hari Selasa. Selama itu pula, akhirnya bulan Desember lalu nama saya termuat juga loh di kolom Kompas Kita- “nyempil”. Alhamdulilah, numpang nama dikasih bingkisan juga. Mau? Bisa coba disini

Selasa (13/01/2015), Akhirnya tulisan argumentasi yang pernah saya buat pada Desember lalu menemukan takdirnya. Alhamdulilah, setelah mengalami inkubasi diredaksi selama 2 minggu, hari ini pada halaman 34 koran Kompas bisa nyempil juga di rubik Kompas Kampus. Yaa, jangan kira tulisan ini adalah tulisan pertama yang saya kirim. Ini adalah tulisan yang kesekian, hehe...

***

Kompas Kampus adalah rubik di mana kalian yang masih berstatus mahasiswa diberikan kebebasan untuk menulis. Bukan sekedar menulis argumentasi dari tantangan redaksi, tapi menulis liputan kampus pun bisa. Menyenangkan bukan? 

Berikut adalah wejangan yang saya buat untuk kalian yang akan atau telah mencoba menulis di media cetak khususnya Kompas Kampus tetapi masih gagal (karena saya pernah merasakannya, hehe). Hal-hal yang harus kalian tahu:

Jangan pernah takut, karena menulis kita bisa jadi apa saja

Inilah kehebatan dari menulis. Kita bisa menjadi apa saja. Sah-sah saja, tidak ada tembok pembatas yang mengotak-kotakkan kita dalam menulis. Ini pun yang terjadi pada saya loh. Kuliah di fakultas kedokteran bukan berarti tidak bisa menulis tentang ekonomi. Jangan takut menulis di luar apa yang kamu pelajari.

Baca apa saja, kalau tidak membaca bisa menulis apa

Nah setelah tidak takut untuk menulis, lalu bacalah apa saja. Ya, ini adalah quote yang paling saya suka. Bagaimana kita bisa menulis jika membaca saja tidak pernah? Modal dasar untuk menulis adalah dengan membaca. Inilah yang bisa membuat kita menjadi apa saja. Dan pasti bisa menemukan ide untuk menghadapi tantangan dari redaksi tiap minggunya. Coba renungkan sendiri yaa.

Teruslah menulis  (meski batin redaksi nanti menganggapmu 4L : Lu lagi, Lu lagi)

Jika hari ini belum dimuat, mungkin besok minggu depan (depannya lagi atau bulan depan atau tahun depan, hehe). Jangan putus asa untuk menulis! Terus aja. Kalau bisa menulis bukan sekedar untuk bisa masuk di media cetak. Menulislah di mana-mana (PR saya juga sih). Kalau belum dimuat di media cetak bisa jadi bahan menulis di media lain kan? Tulisanmu belum benar-benar berakhir di tangan redaksi.

Tips tambahan nih: Nah, amunisi yang saya lakukan untuk lebih mengasah tulis-menulis adalah bergabung di sini. Kompasiana. Buat apa? Ya, Belajar menulis. Di sini saya bisa lebih menggali lagi bagaimana cara menulis dengan tulisan yang lebih memiliki “daging”. Berisi. 

Dan tidak hanya itu, bonus ikut Kompasiana adalah wawasan yang bertambah. Banyak guru menulis handal di sini (red.kompasianer yang tak bisa saya sebutkan satu-satu) dengan gayanya masing-masing. Untuk itu pula, saya pernah menulis artikel yang berjudul: Beberapa Alasan Mahasiswa Bergabung di Kompasiana. Apalagi kalau bukan bertujuan untuk mengajak mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk turut serta menulis di sini.

Mungkin dengan bertubi-tubi menulis, namamu jadi dihafal redakasi. Cieee... 

Sebaliknya batin redaksi sesaat melihat namamu: lu lagiii lu lagiiii #Semogaengga #salamdamai

Jangan minder, semua punya kesempatan yang sama dan biarkan tulisan menemukan takdirnya

Poin terpenting, lagi-lagi harus saya tekankan di sini. Meskipun tulisan yang kamu buat belum juga termuat. Jangan patah arang ya! Bukan berarti kesempatan itu tertutup rapat, justru sebaliknya kesempatan masih terbuka lebar. Ketika “minder” menyerang, efek sampingnya berbahaya. Membuat pikiran kalian menemukan alasan-alasan untuk menyerah dalam menulis. Yah, kalau udah gini terus mau dimuat kapan? Tulisan aja gak buat. Intinya, di sini kita punya kesempatan yang sama dalam menulis, tidak ada sistem kasta asal ada kemauan dan tindakan.

Memang takdir tulisan itu berbeda-beda. Ada yang baru pertama mengirim langsung terpublikasi. Ada juga yang harus menulis bertubi-tubi tiap minggunya tapi belum berkesempatan untuk dimuat juga. (Ini aku banget). Mengutip kata Buya Hamka: "biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri".

Nah hal ini bukan berarti tulisan kalian tidak pantas untuk dimuat. Tapi, anggap saja-redaksi masih sayang sama kamu dan berharap kamu tiap minggu mengirimkan email. Cieeee..

Berbahagialah, redaksinya baik hati

Jika tulisanmu menemukan takdirnya untuk dimuat. Akan ada tim redaksi yang berbaik hati mengedit tulisan kita loh. Baik banget kan? Jangan khawatir karena tidak akan mengubah isi dari tulisan kalian kok.

Oya, sehari kemarin sempat ada panggilan masuk dengan kode telepon Jakarta tapi engga sempet keangkat. Apa itu dari redaksi yang ingin memberitahu ya?heheee #ngepasinaja

***

Yup, memasukkan tulisan di media cetak sendiri adalah tantangan yang menyenangkan tapi sering diabaikan. Padahal kabar baiknya adalah sudah banyak media cetak yang memberikan kesempatan untuk turut serta menghiasi kolom mereka. Coba aja cari di mesin pencarian. Banyak kesempatan terbuka lebar untuk menulis loh. Syaratnya yang terpenting lagi-lagi kemauan dan tindakan. (catatan bagi saya juga)

Mekanisme untuk ikutan mejeng di Kompas Kampus sendiri simpel. Tim redaksi akan memberikan tantangan tiap minggunya dengan tema yang berbeda-beda. Tidak perlu panjang-panjang juga, cukup 1.300 karakter dengan spasi. Lalu setelah itu kirim via email ke redaksi Kompas Kampus di redaksikompaskampus@gmail.com deh. Bagi yang punya acara kece di kampusnya bisa juga diliput dan ditulis di sini.

Boleh dicoba buat kalian yang suka tantangan. Selain  tulisan bisa dicetak dan tersebar  di 500.000 eksemplar koran Kompas. Foto kita yang unyu pun bisa bersanding dan ditatap jutaan mata dari Sumatera sampai Papua. Eheemmmm, kali aja nemu jodoh. Selain itu, kita pun bisa berbangga hati karena ada jurusan dan universitas di mana kita kuliah. Bisa promosi juga kan? Hihii

Terima Kasih Kompas Kampus,

Salam Mahasiswa

Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun