Mohon tunggu...
Lisa Cantik
Lisa Cantik Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tulisan Pertama

15 Februari 2016   16:26 Diperbarui: 15 Februari 2016   19:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dinamika yang terjadi diorganisasi tempat saya bekerja pada kepemimpinan yang sekarang ini cukup menarik. Dalam kurun waktu 3 bulan ini, pimpinan sudah dua kali mengumpulkan para middle-high level officers untuk menyampaikan kebijakan dan memberikan short term guidance yang harus segera ditindak lanjuti. Beliau mengistilahkannya dengan empat short cut  kebijakan, yaitu penguatan fungsi 2 satuan kerja (institusi bawah), penguatan interoperabilitas dan reduksi ego sektoral. Dua point yang terakhir memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain.

Disamping itu, dalam forum middle-high tersebut pimpinan juga mendorong para backbones (tulang punggung) organisasi, dalam hal ini middle level officers, untuk lebih berpikir kreatif, inovatif dan progresif, bila perlu radikal (kata beliau) demi membawa perubahan dalam organisasi kearah yang lebih baik. Tinggalkan zona nyaman, tinggalkan rutinitas dan hal-hal yang normatif. Para middle level officers diharapkan berkompetisi unjuk kreatifitas dan inovasi dalam hal kemajuan, dan para high level officers diminta untuk lebih terbuka mengakomodasi dan sekaligus memfasilitasi ide-ide kreatif dari bawahnya.

Sebuah konsep berpikir yang sangat progresif dari seorang pucuk pimpinan di dalam organisasi saya, yang selama ini jarang didengar.

Bicara masalah zona nyaman, saya teringat sebuah cerita bijak tentang seekor rajawali.

Suatu hari seorang Raja mendapatkan hadiah 2 ekor anak rajawali, Raja senang sekali dan selalu memamerkan anak rajawalinya. Raja berpikir, akan bagus sekali jikaraj awali ini dilatih untuk terbang tinggi, tentu lebih indah.Ia memanggil pelatih burung tersohor di negerinya untu melatih 2 rajawali ini. Setelah beberapa bulan, pelatih burung ini melapor kepada Raja, seekor rajawali telah terbang tinggi dan melayang-layang di angkasa. Namun seekor lagi tidak beranjak dari pohonnya sejak hari pertama ia tiba. 

Rajapun memanggil semua ahli hewan dan para tabib sakti untuk memeriksa rajawali kesayangannya ini, namun tidak ada yg berhasil untuk “menyembuhkan” dan membuat rajawali ini terbang. Berbagai usaha telah dilakukan tetapi rajawali ini tidak kunjung bergerak dari dahannya. 
Kemudian Raja mendapat ide untuk memanggil orang yang biasa “melihat” rajawali. Kemudian ia bertemu dengan petani yang sangat mengenal akan sifat rajawali dan Raja meminta bantuan petani itu. Keesokan harinya ketika Raja mengunjungi rajawalii ni, ia kaget melihat rajawali ini sudah terbang tinggi. 
Dengan penuh penasaran Raja bertanya kepada petani, "apa yang telah kamu lakukan sehingga Rajawali tersebut mau terbang tinggi?" 
Petani menjawab, “saya hanya memotong cabang pohon yang selama ini dihinggapinya saja yaitu DAHAN yang membuatnya NYAMAN” 
Kita dilahirkan untuk sukses seperti seekor Rajawali, kita ditakdirkan untuk terbangt inggi.

Namun, ada yang memegang erat ketakutannya, tidak mau melepaskan ketakutannya dan tidak beranjak dari posisinya. Terkadang kita terlalu memegang zona kenyamanan kita sehingga kita takut dan tidak mau melepaskannya, takut gagal, takut kecewa, takut capek, takut malu, dll. 
Satu-satunya cara untuk bisa membumbung tinggi adalah keluar dari zona nyaman. Tidak ada jalan pintas. Hanya ada 2 pilihan : tetap bergantung di dahan selamanya atau membubung ke angkasa.

Ya, ……. Pimpinan saya sedang menginginkan agar para tulang punggung organisasi berani meninggalkan zona nyaman untuk melakukan perubahan agar mampu dengan cepat terbang tinggi.

Sayangnya, gagasan beliau belum juga di respons dengan baik setelah empat bulan berlalu. Para high level officers sepertinya belum berada dalam satu nada dan satu irama. Sebagian besar orang masih terlalu nyaman menikmati rutinitas dan hal-hal normatif yang selama ini mewarnai kehidupan sehari-hari. Terkesan ada ketakutan akan kehilangan privileges apabila meninggalkan zona nyaman yang telah dinikmati selama ini. Perubahan yang diharapkan oleh pimpinan tak kunjung terlihat dilaksanakan oleh para bawahan.

Akhirnya, pimpinan kembali mengumpulkan para middle-high level officers untuk menyampaikan kekecewannya. Pada kesempatan kumpul kedua ini, beliau menyadari betul bahwa kendala utama belum terlaksananya empat kebijakan tersebut adalah masih sangat tingginya ego sektoral dari individu maupun satuan-satuan (institusi) yang ada di bawah.

Karena itu, beliau kemudian menempatkan kebijakan reduksi ego sektoral ini menjadi prioritas untuk segera dilakukan, dan pada akhirnya, apabila itu dapat terwujud, maka penguatan interoperabilitas akan sangat mudah untuk diciptakan, dan penguatan fungsi dua satker (institusi) yang diinginkan juga akan lebih mudah dicapai. Kuncinya adalah kemauan untuk melakukan perubahan sebagaimana motto yang disampaikan oleh pimpinan, ‘’TIDAK ADA YANG TIDAK BISA, YANG HARUS ADA ADALAH MAU ATAU TIDAK UNTUK BERBUAT YANG TERBAIK BAGI KEMAJUAN ORGANISASI.”  Ini akan menjadi semakin mudah apabila dimulai dari middle level officers sebagai tulang punggung organisasi yang akan memberikan warna lain bagi organisasi dalam jangka waktu 10 tahun kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun