Mohon tunggu...
Lisa Cantik
Lisa Cantik Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pro dan Kontra tentang Foto Selfie

31 Maret 2016   07:53 Diperbarui: 31 Maret 2016   08:11 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Aduuhhh…….!! kenapa siih orang orang kok banyak yang pada kepo yaaa!!! Kalo masalahnya Cuma tentang selfie, itukan hak setiap orang dong melakukan apa  yang mereka suka yang pentingkan tidak melanggar hukum ,norma dan etika yang ada di negara kita. Apa lagi Cuma selfie, kalo memang selfie tidak baik kenapa tidak dilarang dari dulu oleh pemerintah, atau kenapa gak dibuat aturan yang melarang selfie itu sendiri. Jika selfie yang di unggah di media sosial tidak senonoh dan berbau negatif itu berarti faktor manusianya dong yang memang tidak baik. 

Sebagai ibu rumah tangga saya ingin berpendapat sebelum kita menghujat atau memponis bahwa berselfi  itu tidak baik, seperti yang sekarang banyak dibicarakan oleh berbagai masyarakat awam dan kalangan elit di berbagai media, alangkah bijaknya apabila kita mengetahui terlebih dahulu apa sih selfie itu. Yang saya baca dari media elektronik maupun cetak bahwa Swafoto atau foto narsisis (bahasa Inggris: selfie) adalah jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Foto narsisis sering dikaitkan dengan narsisisme, terutama dalam jejaring sosial. 

Di industri hiburan Korea, istilah yang digunakan adalah selca (singkatan untuk self camera). Pose yang digunakan umumnya bersifat kasual, dan diambil dengan menggunakan kamera yang diarahkan ke diri sendiri, atau bisa juga melalui cermin. Objek foto ini biasanya hanya si fotografer atau beberapa orang yang bisa dijangkau oleh fokus kamera. Foto narsisis yang melibatkan beberapa orang disebut dengan "foto narsisis kelompok". Robert Cornelius adalah orang pertama yang mengabadikan diri sendiri dengan perangkat elektronik atau dalam bahasa Inggris dinamakan self-portrait atau disingkat selfie pada tahun 1839. 

Ada juga sumber lain mengatakan Putri Anastasia Nikolaevna dari Rusia adalah salah satu remaja yang pertama kali mengambil fotonya sendiri melalui cermin menggunakan Kodak Brownie pada tahun 1914. Siapapun mereka yang jelas selfie sudah pernah dilakukan sejak lama yaitu sejak munculnya kamera boks Kodak Brownie, dan yang saya baca dari media bahwa Awal penggunaan kata selfie itu sendiri terjadi pada tahun 2002, pertama kali muncul dalam sebuah forum Internet Australia (ABC Online) pada tanggal 13 September 2002. Naah itulah artinya selfie yang saya yakini masih banyak orang yang belum mengetahui sejarah tentang selfie itu sendiri.

Menurut pendapat saya sih sebagai orang awam dan ibu rumah tangga berpikir bahwa selfie kan upaya seseorang yang ingin diakui oleh orang lain dengan memajang atau sengaja memamerkan foto mereka ke jejaring sosial atau media lainnya dengan spesialisasi digital sosial media, dengan memamerkan foto-foto selfie tersebut, maka orang yang bersangkutan ingin terlihat bernilai dan tenar serta dikenal orang, lebih-lebih apabila ada yang berkomentar bagus tentang foto tersebut. 

Hal ini sering juga dilakukan oleh anak anak kita yang masih belia, atau sering kita sebut ABG (anak baru gede) bahkan tidak hanya dikalangan anak anak belia, selfie pun sering dilakukan oleh orang-orang dewasa dari berbagai kalangan dengan berbagai macam maksud dan tujuan, dan itu sah sah saja doong selama itu tidak melanggar hukum,norma serta etika yang berlaku. Yang penting kita harus arahkan anak anak kita batas batas yang boleh dan  tidak boleh mereka lakukan, agar anak anak kita tidak melanggar norma norma yang berlaku, atau bahkan membahayakan dan merendahkan orang atau instansi dimana mereka bekerja serta menyinggung orang lain yang pada akhirnya dapat merugikan kita semua.  

Tidak menutup kemungkinan dan bahkan sering dijumpai banyak orang orang yang menyalahgunakan Selfie ini untuk maksud dan tujuan tertentu yang tidak baik dan tidak senonoh. Jujur sebagai pemerhati dan pengguna media sosial, saya juga sering membaca dan melihat penyimpangan pungsi penggunaan media sosial yang dilakukan oleh masyarakat, penyimpangan itu dilakukan baik dari masyarakat awam maupun masyarakat intelek, terutama pada Selfie. Masih banyak masyarakat yang mengafload foto foto yang tidak senonoh dan bertentangan dengan etika ketimuran, berselfie dengan tidak terpuji dengan masih menggunakan seragam instansi dimana mereka bekerja dan bertugas sehingga dapat merendahkan dan mencoreng martabat dan nama baik instansinya.

Secara kebetulan pagi ini saya membaca informasi di media sosial bahwa Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sudah menghimbau Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dilarang berselfie ria saat bertugas atau selfie saat berpakaian dinas dan dengan latar belakang tempat kedinasan. Larangan itu dinilai penting karena selfie berpotensi membocorkan rahasia negara. Prajurit TNI boleh-boleh saja selfie. Namun ditegaskan agar selfie tidak dilakukan saat berdinas, berpakaian dinas meski sudah lepas tugas, atau selfie dengan latar belakang kedinasan misalnya markas komando, atau kapal perang, kemudian foto selfie itu diupload ke media sosial.

Sebagai manusia biasa Kadang-kadang prajurit secara tidak sengaja melakukan selfie juga saat sedang dalam kegiatan dinas kemudian di-upload ke media sosial misalnya Facebook atau pun lainnya yang sedang marak," larangan selfie ini penting karena berpotensi membocorkan rahasia Negara, dan aturan konkretnya masih dalam penggodokan katanya. memang siih Tren mengunggah foto selfie atau update status di media sosial tidak hanya menghinggapi masyarakat biasa, para prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga kedapatan melakukan aktivitas tersebut. Tidak jarang, anggota TNI melakukan aktivitas media sosial yang terlarang seperti mengunggah foto saat melaksanakan perintah operasi, razia tentara, membuat status jelang pemilihan kepala daerah atau presiden dan sebagainya.

Saya sebagai masyarakat sangat mengapresiasi kebijakan yang diambil oleh pimpinan TNI, dan alangkah baiknya apabila pemerintah mencontoh TNI untuk menginstruksikan kepada seluruh jajarannya  agar mengkontrol dan membuat aturan seperti yang dilakukan TNI, satu sisi TNI tidak melarang selfie karena itu adalah hak setiap individu, disisi lain TNI menjaga dan mengantisipasi hal hal buruk yang ditimbulkan oleh selfie itu sendiri. hal ini memang sangat baik dan sangat bijak dalam mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan yang berpotensi merugikan instansi dan negara. 

Tidaklah mengherankan jika Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu ada dihati rakyat, instansi yang terpercaya di negeri ini, dibanding dengan instansi lainnya dalam pemerintahan Indonesia, karena TNI selalu perduli dan tanggap tentang hal hal yang berkembang dimasyarakat. Inilah mungkin menurut saya menjadi salah satu solusi tentang pro dan kontra  selfie yang beredar di sebagian masyarakat Indonesia, yang selama ini menjadi perdebatan yang tidak kunjung selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun