Aku bergelut dengan sesuatu yang bertolak belakang dengan jalan pikiranku.
Aliran darah serentak tanpa aba-aba menuju motorik otakku, tegang.
Lalu jemari dari kedua tangan ini menyatu dan membentuk gumpalan dengan perasaan teriris yang bercampur dengan mungkin melebihi rasa kesal.
Amarah yang tidak terkontrol.
Sepintar mungkin aku menyembunyikan sikap itu.
Bahkan angin berhembus yang seolah-olah ikut merasakan dan perlahan-lahan mengusap ubun-ubunku,
lalu berbisik,
"redamkan emosimu sayang, ini hanya sesaat.."
8:49 pm di atas kendaraan mewah sambil menunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H